Ada beberapa hal yang saya tidak bisa maafkan dan terima dengan mudah begitu saja.
Pertama, kebohongan.
Kedua, kesalahan yang diulang-ulang.
Yang pertama jelas. Siapa yang mau dibohongi? Walaupun dengan dalih "demi kebaikan", "biar kamu gak sakit hati", atau "aku mau jujur tapi, nanti kamu marah"
Bohong yaa tetap bohong.
Gak ada bohong 'demi kebaikan' atau 'supaya gak nyakitin orang lain' toh kalau tau dari orang lain bukan lebih menyakitkan yaah?
Begini, kalau sudah tau bakal menyakitkan orang lain yaa ngapain dilakuin. Kalau udah tau bakal ngerugiin orang lain, yaudah diem jangan ngelakuin hal yang menurut lu salah. Ini udah tau bakal nyakitin orang lain, ngerugiin orang lain, masih dilakuin juga? Pake bohongin orang lain pula lalu didalihin "supaya kamu gak sakit hati" halaah! Stereotip!
Pernah denger kalimat "katakan kebenaran walaupun itu rasanya pahit"??
Saya lebih suka menghargai kejujuran walaupun terdengar atau berdampak menyakitkan nantinya, dibanding harus dimanis-manisin dengan kebohongan kemudian timbul kebohongan berikutnya. Gituu terus karena memang sudah terbiasa bohong.
Saya orangnya gampang percayaan. Bukan karena bodoh atau enggak mau cari tau, tapi, karena saya ingin juga orang lain gampang percaya sama saya.
Buat saya, kepercayaan orang itu lebih dari segalanya. Dan, saya akan berusaha jaga itu dengan semampu saya. Sementara kepercayaan saya buat orang lain, terserah mereka mau dijaga atau tidak, atau malah nantinya mereka mau bohong atau mengabaikannya juga itu hak mereka.
Singkatnya, perkara jujur itu urusan lu sama Tuhan. Saya sebagai manusia cukup percaya saja apa yang lu bilang.
Kedua,
Kesalahan yang diulang-ulang.
Kesalahan sekali itu bagian dari pembelajaran, kedua itu ceroboh, ketiga dan seterusnya itu bodoh.
Manusia gak luput dari kesalahan, toh seperti kalimat di atas, kesalahan pertama itu bagian dari pembelajaran, wajar, belum tau makanya salah supaya nanti untuk hal seterusnya bisa lebih baik dari hal yang dilakukan sebelumnya.
Kedua kali kesalahan itu dilakukan, mungkin khilaf, ceroboh, atau apalah saya gak tau, tapi yang jelas ada 'faktor lain' yang ngebuat kesalahan itu dilakukan lagi padahal udah tau kebenarannya. Sebut saja kecelakaan deh untuk hal kedua ini.
Kesalahan yang dilakukan ketiga kali dan seterusnya itu, maaf saya katakan bodoh.
Kenapa?
Yaa, bisalah yaa mengartikan sendiri dalam arti singkat.
Bagi saya, saya cuma ingin memperlakukan orang lain seperti halnya saya ingin diperlakukan oleh mereka. Cuma itu setidaknya yang bisa saya lakukan.
Makanya kenapa, baik, percaya pada orang lain itu hal yang paling mendasar yang harusnya dilakukan jika ingin diperlakukan demikian oleh orang lain.
Tapi, jika orang lain memperlakukan kalian di luar keinginan kalian ya udah biarin aja, toh perkara orang lain mau balas kebaikan kalian atau tidak itu kan urusan mereka, urusan kita tetap berbuat baik saja sama mereka. Toh, Tuhan tidak pernah tidur kan.
Hahha!!
Saya nulis ini maksudnya apaa yaah. Tapi, entahlah di kepala saya lagi banyak hal yang enggak bisa disampaikan dengan kata-kata. Takut menyakitkan orang lain. Padahal ini disebabkan oleh orang lain juga.
Di dada saya banyak hal yang saya ingin utarakan, tapi entah ke mana. Saya tidak terbiasa cerita ke manusia lain yang justru menjadi penyebabnya.
Tuhan, maaf.
Boleh saya bersujud kali ini??
2 komentar:
memang kesalahan yg berulang kali itu sangat menyebalkan.
Banyak - banyak maafin orang aja cuy
eniwey, salam kenal
fajarumbi.blogspot.com
Posting Komentar