RSS

#Cerpen : Akhir Perjalanan 10

"Dia pasti datang ko, aku yakin itu"


"Udah terserah dia mau datang atau enggak, aku gak peduli. Datang yaa syukur enggak ya udah"

"Far, percaya deh dia pasti datang, sekarang mungkin dia lagi nyiapin kejutan buat kamu, gak kasih kepastian terus nanti tiba-tiba datang bawain kejutan buat kamu"

"Ituu kamuu, dia enggak begituuuu"

"Far, percaya kan sama aku? Udah gak usaah dikhawatirin, dia pasti dateng, itu bakal jadi hari yang gak akan bisa kamu lupakan"

"Ben, udah yaah, dia mau datang atau enggak terserah, aku gak terlalu berharap lagi"


"Far, kamu kangen kan sama dia? Percaya dia pasti datang"


Malam itu dan 3 hari setelahnya, saya berkelahi dengan hati dan ego saya.

Kalau boleh jujur, saya tidak menginginkan dia datang ke sana untuk menemuimu Far, tapi, saya juga tidak ingin melihat kamu sedih karena ketidakhadiran dia di hari spesial mu.

Far, kalau boleh dan jika kamu mengizinkan, saya yang ingin sekali hadir di hari itu, biar bila dia tak jadi datang, saya yang menggantikan, walau saya tau, rasanya pasti beda jauh.

Okeh, kalau boleh jujur lagi saya ingin selalu melihatmu bahagia, tapi pahit betul rasanya melihatmu bahagia tanpa saya terlibat di dalamnya.

Far, hari itu hati saya biru, entah apa yang saya rasakan. Yang jelas, saya tak pernah ingin hari ituu ada di dunia agar tidak merasakan sakit yang menerpa. Tapi, bukankah ini risiko yang harus saya hadapi?

Belum lagi, hal yang harus saya terima berikutnya adalah -apa yang saya lakukan sebelum dia datang, bakal begitu mudah kamu lupakan- saya tak menginginkannya, namun juga tak bisa berbuat banyak untuk mencegahnya. Buat apa juga dicegah, toh nantinya tetap akan terjadi.


Dua hari saya tak menghubungimu, bukan apa-apa, saya hanya tak ingin menganggu waktumu bersamanya. Saya paham, momen itu adalah momen yang paling kamu tunggu, sekalipun saat bersama saya, momen bertemu dengannya adalah hal yang paling spesial buat kamu.


"Aku gak mau kamu ngehubungi aku selama ada dia di sana, aku gak mau ganggu kalian" begitu ucapku ke Farah.

Hal itu saya lakukan setidaknya untuk menghargai dia, juga untuk menjaga hati saya agar tidak patah terlalu parah,

"Gak! Kamu harus tetap ngabarin aku"

"Far, aku gak mau ganggu kamu, kamu senang-senang sama dia dulu yaah, nanti kalau dia udah pulang, baru kabarin aku"

Hal bodoh macam apa yang saya ucapkan, Tuhan.


Far, saya harusnya paham dari awal dan tidak berharap lebih dengan apa yang sedang kita jalani kemarin.

Karena saya tau akan berujung seperti ini.


Saya lelah Far harus pura-pura baik-baik saja dan seperti tak terjadi apa-apa di depanmu.

Meskipun hari-hari sebelum dan sesudah kedatangan dia, banyak kata-kata saya yang seolah memperlihatkan saya biasa ajaa, tapi kamu tau kan Far, saya begitu hancur?


Setelah ini, saya harus mulai membiasakan diri kehilangan kamu yang biasanya, kamu telah menjatuhkan pilihan, dan bukan saya.


Bagi saya, tidak ada yang lebih istimewa dari ditemani orang yang istimewa di hari yang istimewa juga, kamu pasti bahagia sekali yaah.

Selamat yaa Far.


Dan, momen-momen kamu bersamanya yang sengaja kamu share di media sosial, saya yakin membuat banyak orang iba kepada saya. Maaa....maaff bukan iba, menertawakan saya maksudnya.

Mereka mungkin menganggap saya, pungguk merindukan bulan.

Tapi, abaikan saja soal itu, saya sudah sering ditertawakan manusia 'normal' macam mereka, dan kedengarannya tidak seburuk itu ko.


Saya lebih suka ditertawakan daripada di-belas-kasihani. Serius.


2 malam selama dia berada di samping kamu, saya mengasingkan diri ke stasiun kereta api. Bersama machiato dan sebuah buku yang pernah jadi bahan celaan anak-anak karena mereka bilang saya 'gila' menghadiahkan kamu gituan.


"Buat apa Ben beli gituan?"

"Ada deh"

"Buat Farah?"

"Hahaha masa gua ngasih Farah ginian"

"terus buat apaan?"

"Ada dehhh"

"Hahha udah pasti buat Farah"

"Hahaha, udah mau tau aja sihh"

"Dasaar gilaaa, masa si Farah dikasih gituan"

"Haha udah liat apa yang bakal gua bikin, gak usah komen aja"

"Yaa tapi bro, masa sih Farah dikasih gituan, emang mau?"

"Yaa enggak juga sih, paling kalaupun diterima dibuang ke tempat sampah dibilang gak jelas. Hahha"

"Lagian kamu udah tau bakal dibuang kenapa masih dikasih"

"Gua cuma mau liat, berapa jauh Farah menghargai gua"


Entah sudah berapa banyak kereta yang transit kemudian lewat di stasiun tempat saya menyendiri ini, saya ke sini memang bukan untuk menaiki kereta lalu pergi ke tempat tujuan.

Saya hanya ingin mengasingkan diri dari keramaian, kebisingan yang bersama saya tidak pernah bisa ditolerir.


'Far sedang apa?'

'Masih ingat dengan saya tidak?'

'Pemberian sepele dari saya masih kau simpan, atau sudah jadi penghuni tetap tong sampah?'



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Beby mengatakan...

Momen ketika mantan atau gebetan ngeshare sama lawan jenis di sosmednya tuh bikin perasaan amburadul banget ya :(

Posting Komentar