RSS

#Cerpen : Akhir Perjalanan 9

Aku bisa terima meski harus terluka karena ku terlalu, mengenal hatimu


Aku telah merasa dari awal pertama, kau tak kan bisa lama berpaling darinya...

Ternyata hatiku benar, cintamu hanyalah sekedar, tuk sementara...

Akhirnya kita harus memilih, satu yang pasti mana mungkin terus jalani cinta begini..

Karena cinta tak akan diingkari, tak kan terbagi, kembalilah pada dirinyaa

Biar ku yang mengalah,,

Aku terimaaa.




'Eeehhhuuuhh' saya menarik nafas panjang, kemudian berucap lirihh,

'Biarku yang mengalah, aku terima'


Far, sudah sebulan lebih terakhir kali saya melihat kamu secara tatap mata,

Sudah sebulan lebih, jarak berada di antara saya dan kamu.

'Jarak' di sini bukan dalam arti tempat tinggal kita yang memang berbeda. 'Jarak' di sini adalah space yang ada di antara kita tak seperti dulu lagi.

Iyaa saya paham, kita butuh jarak untuk bergerak, tapi apakah kamu tidak menyadari, kalau hubungan kita makin jauh?

Kalau kamu tidak sadar, tidak apa-apa saya juga tidak akan menyadarkanmu perihal itu, karena di luar kuasa saya, tapi masih adakah saya di hati dan pikiran mu?

Saya pikir tadinyaa semua hal yang kita buat bisa jadi sebuah 'ikatan' tersendiri untuk kita, buat aku sama kamu. Tapi nyatanya, semua yang terjadi begitu mudah kamu lupakan.

Far, ingat dulu pernah bilang;

'Janji yah, kita gak akan cuma sampai di sini?'

'Setelah dari sini, jangan lupain hubungan ini yaah, kita gak cuma sampai di sini kan?'

'Nanti setelah di sana, jangan lupa kabarin aku tiap saat, aku orangnya cemburuan, kamu lagi apa, sama siapa, di mana, di foto, di vidio, biar aku percaya'

'Akuu gampang nangis orangnya, makanya jangan bikin khawatir aku yah'


Kalimat tersebut sering banget kamu ucapkan, apalagi menjelang perpisahan kita. Tapi, kini kenyataannya?

Ahh sudahlah, saya tak ingin menagih hal-hal yang pernah kamu ucapkan.


Begini Far, ada beberapa hal yang tidak bisa dipaksakan di dunia. Kita, salah satunya.

Atau pernah dengar ini;

Tidak ada masalah dengan jatuh cinta sendirian, yang penting tetap cinta bukan?

Dua hal yang saya dapatkan dari seorang Faisal Iskandar, salah satu orang yang selalu mengajarkan saya sebuah keikhlasan untuk melepaskan orang lain dan biarkan dia mencari kebahagiannya di orang lain jika memang kita tidak bisa membahagiakannya.

**

"Berarti nanti lu sama dia pisah kalau kalian udah balik ke tempat masing-masing?"

"Entahlah"

"Ada rencana buat ketemuan setelah dari sini?"

"Gak tau, tergantung"

"Yaudahlah paling itu cuma sementara doang selama di sana, nanti pas balik ke tempat masing-masing lupa. Tapi, kalian cocok"

"Begini, gimana kalau lu aja yang tanya ke dia langsung?"

"Hahaha, udaah ahh ayok naik, gak usah dipikirin, tuh bentar lagi keretanya dateng"

Petang itu, entah jadi hari yang -gimana buat saya- semua rasa bercampur aduk di dalam sini.

Lega rasanya bisa kembali ke tempat asal, namun berat rasanya meninggalkan semuanya yang ada di sini, dengan kamu di dalamnya.

"Woyy!, ayokk naik"

"Perasaan baru kemarin subuh yah kita di stasiun ini, pertama kali juga gua kenal lu, terus sekarang udah di sini lagi ajaa buat balik, gak kerasa"

"Farah??"

"Haha, enggak bukan-bukan, maksudnya waktu cepet banget kayanya"

"Udahlah, kan masih bisa ke sini lagi lain kali, ketemu dia"

"Kenapa jadi nyambung ke Farah mulu"

"Hahaha abis lu kayaa belum siap gituu pergi dari sini sih"

"Iyaa emang"

"Bukannya lu yang paling cuek yah? Gak tau kelompok aja masih nyantai-nyantai ajaa kan malah ngajak ngopi di saat yang lain kumpul sama kelompoknya"

"Hahah, kita, bukan gua doang"

"Iyaa sihh. Hahaha. Terus gimana lu sama Farah, abis dari sini udahan? Kontrak selesai?"

"Kontrak? Lu pikir apaan, outsourching pake kontrak segala"

"Hahah kan emang kontraknya selama di sana doang, setelah balik pada udahan kan?"

Saya terdiam,

"Entahlah" ucap saya lirih.


"Udah yuk naik, kangen kopi sevel kan lu"


"Kedai kopi bang Ali. Haha"


"Anjirrrr! 15 rb sampe kembung. Hahaha"


"Hahaha"


Malam itu, tepat sebulan saya meninggalkan kota yang penuh dengan berbagai kenangan di dalamnya.

Saya mendapatkan kursi di sebelah kaca, jadi bisa melihat pemandangan di luar selama perjalanan.

Ahh tapi buat apa, orang jalannya juga malam gak bisa ngeliat apa-apaa kan.


*trriiitttt....triiiitttt*

*pesan dari Farahdila*


'Aku udah dijemput papah, ini lagi di jalan mau pulang ke rumah, kamu lagi di mana? Istirahat yaah, sampai Jakarta jamberapa nanti? Jangan lupa kabari aku yah'


Saya biarkan dulu pesan dari Farah, saya paham dia pasti lelah, saya tak ingin menganggunya, biar dia sampai rumah dengan nyaman dulu baru saya balas pesannya.

Sambil menikmati perjalanan 9 jam menuju Jakarta, saya menset Random i-tunes saya, kemudian suara lembut Iis mengalun lembut di sana.



Kita tak semestinya berpijak

Di antara ragu yang tak berbatas

Seperti berdiri di tengah kehampaan

Mencoba untuk membuat pertemuan cinta

Ketika surya tenggelam bersama kisah yang tak terungkapkan

Mungkin bukan waktunya berbagi pada nestapa

Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap




Entah kalian mau percaya atau tidak, buat saya musiknya payung teduh adalah senyata-nyatanya mesin waktu selain hujan dan kopi.


"Aku gak suka lagu-lagu dari Indonesia"

"Kenapa??"

"Terlalu gampang ditebak liriknya, jatuh cinta atau patah hati ya gitu-gituu aja"

"Kamu pernah denger sore, payung teduh, atau white shoes and the couples company?"

"Belum"

"Coba dengerin mereka kalau pengin tau jatuh cinta atau patah hati yang beda"

"Ahhh tetap aja paling gitu-gitu aja kan, gampang ditebak"

"Coba dengerin duluu ajaa"

"Aku mau kamu yang nyanyiin"

"Aku? Aku gak bisa nyanyi"

"Ahhh akuu gak mau tau, kamu nyanyiin buat aku"

"Kalau aku gak mau, gimana?"

"Kamu harus mauuu!"




Kita pernah mencoba berjuang

Berjuang terlepas dari kehampaaan ini

Meski hanya labuan cinta yang tak tahu entah akan dibawa ke mana

Kita adalah sisa-sisa keihklasan yang tak diikhlaskan

Bertiup tak berarah, berarah ke ketiadaan

Akan kan bisa bertemu kelak di dalam perjumpaan

Abadi..



'Aku bentar lagi sampe, kamu istirahat yaah, nanti kalau udah sampe aku kabarin kamu'

*send to Farahdilla*


**

Sekarang semuanya telah berubah Far, di luar hal yang saya harapkan.

Entah kamu, atau memang keadaan yang memaksa harus berubah. Tapi, saya paham tiap-tiap orang pasti akan menjadi asing meskipun pernah begitu sangat didekatkan. Bukan salah siapa-siapa, tapi memang sudah saatnya harus menjadi asing.

Dan kamu sedang dalam tahap itu.

Atau, hanya aku saja yang terlalu takut kehilangan kamu?

Far,


Terima kasih pernah singgah, meski akhirnya tak bersama.

Terima kasih pernah menetap walau kita tak menjadi tetap.

- Ben

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar