RSS

Mahasiswa Tingkat Akhir

Saya memasuki satu fase perkuliahan dimana -lebih baik nikah aja dibanding harus ngerjain tugas akhir yang penuh revisian dosen yang kadang gak jelas salah di mananya- dalam hidup saya.


Iyaa, sekarang saya resmi menyandang predikat mahasiswa tingkat akhir.

Entah harus seneng atau sedih.

Seneng karena bentar lagi lulus dan menyandang gelar di belakang nama.

Sedih karena kalau hal di atas terjadi, saya gak tahu mau ajak siapa ke wisuda saya buat mendampingi.

Eh gimana-gimana??

Iyaa jadi begitu deh pokoknya mah.


Saya itu kuliah di Fakultas Agama Islam, di salah satu universitas Islam di Jakarta.

Kuliah di Fakultas Agama Islam tuh enak gak enak.

Enaknya, bisa banyak memperdalam ilmu agama sebagai bekal saya nanti di akhirat. Karena sesungguhnya ilmu dunia saja tidak cukup untuk membawa kita masuk surga.

Asiiiikkk.

*benerin sarung*


Tapi, ada juga gak enaknya.

Gak enaknya yaa gituu.


Saya jadi tahu kalau hal-hal enak di dunia versi saya ternyata kebanyakan haram dan dilarang dalam Agama.

Lalu kenapa jadi gak enak?

Iyaa gak enak, karena saya tahu lalu kemudian mikir dan merasa banyak dosa.

Kalau saya gak tahu kan saya tetep bisa melakukannya tanpa mikir itu haram atau enggak.

Astagfirullah

Becanda-becanda yaah jangan dianggap serius.


Pas awal masuk kuliah itu, saya berpikir ini di fakultas agama Islam, dresscode buat kuliahnya apakah harus pake sarung lalu baju muslim dan bersorban gitu gak yaah buat pria. Hal ini terlintas setelah saya memperhatikan busana yang dikenakan oleh para wanita di fakultas tersebut yang semuanya memakai jilbab, tanpa terkecuali.

Astagfirullah.

Baru masuk kuliah ajaa udah perhatiin wanita.

Tapi, syukur alhamdulillah kekhawatiran saya tak terwujud karena ternyata kuliah di fakultas agama Islam tidak harus menggunakan kain sarung, baju muslim, serta bersorban bagi yang pria apalagi harus memakai hijab ala-ala Dian pelangi. 

Hanya cukup memakai pakaian yang rapih serta sopan saja.

Alhamdulillah.

Hati dan batin saya lega mendapat kabar tersebut.


Di FAI, saya bersatu dengan macam-macam jenis manusia lain dari berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat, budaya, serta kulture yang berbeda menjadi satu kesatuan demi satu tujuan dan cita-cita yang mulia, yaitu menutut ilmu di Fakultas Agama Islam.

Allahu Akbar!

Tapi, berhubung Fakultas Agama Islam teman-teman saya kebanyakan datang dari pondok pesantren.

Iyaa, pondok pesantren beneran yang buat lulus ajaa butuh beberapa tahun serta harus hafal kitab-kitab dalam bahasa arab.


Bukan pesantren yang cuma 3 hari lalu lulus setelah di hari terakhir bayar iuran buat buka bersama.

Itu pesantren kilat namanya.


Ada perasaan minder ketika bergaul sama mereka, karena kadang mereka kalau lagi ngumpul meskipun bukan dari pondok yang sama tapi ngomongnya pake bahasa arab, sedangkan di situ ada saya.


Saya mendengar percakapan sekumpulan manusia pake bahasa arab cuma bisa planga-plongo gak jelas, karena berasa lagi di Timur Tengah sementara saya belum punya paspor takut di deportasi.

Kan gak lucu.

Mahasiswa di deportasi lantaran tidak fasih berbahasa Arab padahal ia berada di wilayah bagian Indonesia dan tak jauh dari Ibukota.

masuk di koran lampu merah.

Halaman depan.

Depan polsek.

Polsek Timur Tengah.


Awal-awal kuliah pokonya tak terduga lah buat saya.

Ikut-ikutan demo padahal gak tahu apa yang jadi masalahnya.

Ikuta-ikutan aksi cuma karena ingin dapet makan siang, makan siang dapet saya milih langsung pulang. Karena merasa tuntutan saya sudah terpenuhi.

Ikut-ikutan bakar ban, bakar ayam, bakar ikan sampe bakar rumah.

Dengan menggunakan api.

Api cemburu.


Semua pengalaman itu saya dapet dengan penuh perjuangan, padahal gak penting.

Iyaa emang kita mah gak pernah dianggap penting sekalipun sudah berjuang.


Tapi, makin ke sini saya makin banyak belajar, mengerti, lalu kemudian berusaha untuk memahami.


Tidak langsung mudah untuk terprovokasi melakukan suatu aksi tanpa barang bukti.


Saya malah jadi apatis, dan berusaha tidak mendengar semua celoteh-celoteh yang meng-atas-nama-kan kepentingan bersama, kepentingan rakyat. Padahal dibalik itu semua ada kepentingan pribadi yang lebih ingin diwujudkan.


Dan, sekarang memasuki semester akhir saya malah sudah bisa membaca keadaan sekitar dan mengetahui apa yang orang-orang inginkan dari saya.

Apaa saja itu?


Nanti-lah yaah, saya cape ngetiknya dilanjut nanti ajaaa

Bye!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Arif mengatakan...

Ada juga yang senasib dengan saya gak tahunya.

arian sahidi mengatakan...

hhhaha good luck, bro buat tugas akhirnya :p

Posting Komentar