RSS

Perspektif.

Kita hidup di zaman serba instant, modern, dan globalisasi. Dimana tidak ada lagi jarak antara satu dengan yang lain. Tinggal lihat hape searching atau baca portal berita kita sudah tau peristiwa apa yang terjadi di tempat yang jauuuhh dari tempat kita saat melihat peristiwa tersebut.



Di zaman yang sudah maju ini, peradaban berkembang pesat luar biasa. Salah satu hal yang bisa dicatatkan di dalam sejarah perkembangan manusia.


Tapi, mengapa manusia masih suka mengingat hal-hal dari masa lalu bahkan cenderung mempermasalahkannya?

Secara berulang-ulang, terus-menerus.

Lalu di mana esensi dari jaman yang katanya modern ini??

Haramnya hari valentine, larangan Saur On The Road, toleransi terhadap orang yang sedang berpuasa serta banyak masalah-masalah yang sebenarnya kecil tapi dibuat sedemikian luar biasa oleh ulah manusia.

Terus-menerus, berulang-ulang, tahun ke tahun.

Masalahnya sama.

Ributnya sama.

Ngaku bangsa yang maju, modern tapi pikiran masih di situ-situ ajaa.


Sibuk ngasih komentar, kritik, tapi tak memberikan solusi.


Salah?

Tidak.

Toh kebebasan kita berpendapat diatur dalam Undang-Undang, jadi setiap orang berhak berkata apapun sesuai dengan kemauan dan kemampuan berbicara serta berpikir yang ia miliki.


Tapi, yaa tolong-lah.

Kalau kasih kritik tanpa memberikan solusi juga gak akan berpengaruh apa-apa.


Tiap tahun, lihat.

Hampir semua lini masa penuh dengan hal-hal yang sudah pernah dibicarakan di tahun sebelumnya.


14 februari, yang diperingati sebagai hari valentine.


Kalian lihat twitter, facebook, atau media sosial apapun pasti banyak orang memperbincangkannya dengan berbagai kontroversi dan perdebatan mengenai boleh-tidak, atau haram-tidak.


Padahal, tahun sebelumnya mereka sudah pernah membahas hal yang serupa, bahkan di tahun sebelum, sebelum tahunnya juga sudah dibicarakan hal tersebut.

Lalu kenapa kembali dibahas?

Belum bisa move on?

Kehabisan bahan buat status di media sosial?


Sama seperti halnya masalah SOTR, toleransi terhadap orang yang berpuasa, sampai mengucapkan selamat hari natal bagi mereka yang merayakan.


Masalah tersebut tiap tahun diulang-ulang terus, seperti tak ada hal lain yang bisa dibahas yang tentunya lebih bermanfaat.


Lalu klaim-mengklaim pun terjadi.


Pembenaran dilakukan atas dasar berbagai aspek.


Padahal, hal yang harusnya dicari oleh manusia dalam suatu peristiwa adalah kebenaran, bukan pembenaran. Atas berbagai aspek apapun.


Karena kebenaran, pasti

Sementara pembenaran adalah perspektif manusia atas sebuah peristiwa yang terjadi.


Seperti tulisan saya ini.

Saya sedang menjadi seorang yang sok tahu, atau katakan-lah paling benar. Menurut saya tentunya.

Tapi, kan belum tentu menurut kalian yang baca.

Bisa ajaa saya salah di mata kalian.


Bisa saja mata kalian yang salah karena repot-repot mampir lalu baca tulisan ini.

Hehehe


Dan, untuk penutup.

Saya hanya akan menyampaikan beberapa kata saja.












Beberapa kata.


Sekian.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Sekarang ada SOTR yang bnyk berujung tawuran gan. Gak bener.

Komen juga k blog ane ye gan: http://bit.ly/1K39GQF

Unknown mengatakan...

di dunia ini "belum" ada kebenaran sejati. semua masih relatif.
https://aksarasenandika.wordpress.com/2015/07/12/buat-bapak-semua-hanya-masalah-waktu/

Unknown mengatakan...

Ada ko gan kebenaran yang hakiki. Gak relatif maupun subjektif.
Kebenaran dari apa yang disampaikan oleh kitab suci misalnya :)))

Posting Komentar