Untuk kamu yang telah pergi tanpa
mengucapkan selamat tinggal. Ingin sekali rasanya aku bertanya apa yang membuat
kamu pergi dengan mudahnya setelah sekian hal yang kita lakukan selama ini,
masih kah belum terasa cukup untuk meyakinkanmu kalau diri ini sangat memujamu
dan mengharapakanmu dengan sebegitu besarnya.
Kamu tahu yang aku sesalkan
ketika kamu pergi ? kamu membawa detak jantungku, kamu juga membawa separuh
bagian dari diriku. Kamu tahu aku tidak bisa hidup tanpa kedua elemen tersebut
lalu kamu membawanya pergi bersamamu.
Menjadi baik – baik saja adalah
kebohongan terhebat yang aku ciptakan tanpamu. Setelah kamu pergi aku berusaha
membuatnya kembali seperti semula, kembali seperti saat aku tidak mengenal
dirimu atau berusaha membuatnya seperti biasa – biasa saja sepeninggalan
dirimu. Aku berusaha tersenyum, aku berusaha tertawa, aku berusaha membuatnya
seperti biasa saja tapi sayangnya usaha yang telah aku lakukan, gagal.
Kemampuanku melupakan kalah hebat dengan kemampuanku mencintai.
Kita adalah bahagia yang Tuhan
cipta dengan tertunda. Karena Belum juga sempat kita berpegangan, Tuhan sudah melepaskan. Biar Tuhan yang menempatkan
dimana seharusnya cintaku, mungkin memang bukan di hatimu. Begitulah aku
menganggap hubungan kita yang percuma diperjuangkan namun tidak ditakdirkan
oleh Tuhan.
Untuk kamu yang telah pergi,
Aku tahu sekarang bagaimana
menjadi punuk yang selalu merindukan sang rembulan, aku tahu sekarang bahwa
tidak semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan meskipun sudah berjuang dengan
sekeras mungkin. Mungkin aku yang salah menjatuhkan cinta kepada hati yang
memang tidak ingin menerima atau mungkin memang cinta datang di waktu yang
tidak tepat. Atau malah datang di waktu yang tepat tapi dengan orang yang salah.
Untuk kamu yang telah pergi,
Aku belajar bahwa tidak semua
yang kita cintai akan mampu kita pertahankan, karena pada akhirnya kita juga
harus belajar melepaskan. kita juga harus belajar menerima kenyataan
bahwasannya cinta itu harus diperjuangkan secara bersama – sama bukan hanya
oleh satu pihak saja, lalu kalau aku yang berjuang sedangkan kamu tidak, apakah
masih pantas itu di sebut cinta ?
Untuk kamu yang telah pergi,
Hari ini semakin gelap saja,
hujan pun turun membasahi permukaan bumi. Hujan yang jatuh harusnya
memberitahu, ketika cinta ini hanya membuang - buang waktu. Hujan juga
seharusnya memberitahu bahwa memikirkan orang yang tidak memikirkan balik
adalah perbuatan yang sia – sia. Tapi bukan manusia namanya jika tidak senang
berada dalam perbuatan yang sia – sia dan membuang – buang waktu.
Untuk kamu yang telah pergi,
Aku belajar banyak cara melupakan
agar bisa menghapus semua kenangan tentangmu. Sampai akhirnya aku sadar, bahwa
tidak perlu berusaha untuk melupakan karna kenangan punya cara sendiri untuk
menghilang. Lagipula kenangan ini tidak akan pernah benar benar aku lupakan,
hanya saja berusaha untuk aku ikhlaskan.
Terakhir,
Untuk kamu yang telah pergi,
Aku suka melihatmu pergi, karena dengan
begitu aku tahu tugas kaki ini tidak untuk mengejarmu lagi. Dan terimakasih
telah menyadariku bahwasannya orang – orang yang diperjuangkan terkadang bisa
sangat menyakiti. Oiya, jika ada waktu coba sekali – kali tengok perasaanku :”)
Terinspirasi
dari tweet : Raesaka Yunus [ @Raesaka ]
7 komentar:
dibuatkat lagu aja, curhatannya mas
Keren banget gan :)
Sweet :)
jangan sedih mas gan
kan masih ada saya
hehe.......
jadi keinget masa-masa sedih ditinggalkan dia gan. nice post(y)
ayo move up :-)
rianda : ditunggu aja gan versi lagunya heheeh
jehan Amelia : iyaa mbak ini move up
david bisri : haha masih ada emang gan tapi buat apaa ? mau nemenin ? hehe
terimakasih telah berkunjung
Posting Komentar