RSS

Salahkah Aku Mencintaimu, Sobat ?




“aku senang melihat dia tersenyum, meskipun aku tau bukan aku yang ada dibalik senyumannya”.

Entah ini hanya kenyamanan karna sudah terbiasa bersama atau memang rasa sayang sebagai sahabat ini telah berubah menjadi rasa takut akan kehilangan.
Satu hal, aku bersahabat dengannya sudah beberapa tahun belakangan ini dan hampir dapat kupastikan setiap momen penting dalam hidupku, kulalui bersamanya. Begitupun dia hampir setiap momen penting dalam hidupnya dia lewati  bersamaku tapi tetap status kami hanya sebagai sahabat, tidak lebih.

Dia pernah bilang aku adalah salah satu elemen terpenting dalam hidupnya, aku adalah salah satu alasan kenapa dia mau menetap di kota ini meskipun kedua orangtua-nya menyuruh nya untuk lekas pulang kekampung halaman, namun dia menolak dengan alasan masih banyak hal yang belum kami lakukan berdua, masih banyak tempat yang belum kami kunjungi untuk setidaknya meninggalkan sebuah kenangan kalau kita pernah ke tempat tersebut.

Satu hal yang aku sesali saat ini, kenapa rasaku untuknya tiba tiba berubah seiring semakin seringnya kebersamaan yang terjadi antara kita. rasa yang tadinya hanya sebatas persahabatan biasa tiba tiba berubah menjadi rasa ingin memiliki sepenuhnya dan rasa takut kehilangan.

Mungkinkah ini cinta ?

Tapi, bagaimana bisa aku jatuh cinta kepadanya sedangkan selama ini kedekatan kami hanya sebatas pertemanan biasa.

Kalau memang yang aku rasakan adalah cinta lalu bagaimana dengan dia?

Apa dia merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan?

Nampaknya tidak mungkin, mengingat dia sudah memiliki seseorang yang sangat dia cintai dan aku pun mengenal baik pria tersebut walaupun sebelumnya aku tidak pernah diperkenalkan langsung olehnya tetapi dia selalu berbagi kisah mengenai pria tersebut, dengan bangganya dia menceritakan kalau pria itu serius merajut hubungan dengannya, pria tersebut adalah pria yang akan menjadi calon imam serta bapak dari anak – anaknya nanti dan untuk saat ini sang pria sedang merantau menimba ilmu di luar sana.

Setiap kali mendengar kisah tentang pria tersebut keluar dari mulutnya aku merasa pengharapanku terhadapnya berkurang satu demi satu atau bahkan mungkin tidak ada lagi yang aku bisa harapkan darinya, namun bukankah hidup itu harus punya harapan? Kalau hidup ini hanya sekedar hidup tanpa sebuah harapan lalu apa gunanya kita hidup. Justru dengan harapan itu lah kita jadi bersemangat menjalani hari – hari yang walau terlihat mudah namun pada kenyataannya terasa semakin lama semakin berat saja.

Maka dari itu aku biarkan dan gantungkan pengharapanku kepadanya, meskipun aku tau untuk memilikinya rasanya hampir tidak mungkin tapi setidaknya dengan harapan yang menggantung kepadanya aku mempunyai semangat dan tujuan hidup yang lebih baik lagi. Darinya aku belajar hidup mandiri saat jauh dari keluarga, darinya pula aku belajar bagaimana mencintai seseorang diantara begitu banyak rintangan yang ada termasuk jarak dan waktu.

Darinya aku banyak belajar bahwa cinta itu tidak harus selalu terlihat, cinta itu tidak harus selalu beriringan, dengan sama sama mengirimkan doa pun itu bukti kalo engkau mencintai kekasihnya. Tidak terlihat memang, tapi setidaknya lebih berkualkitas dibanding saling beriringan dan terlihat tapi tidak saling mendoakan. Dengan ketulusan dan keyakinan yang kuat dia percaya bahwa bahagia itu akan datang pada saatnya, mungkin memang tidak saat ini tapi nanti jika Tuhan sudah memberi jalan, niscaya kebahagian itu akan tiba.

Munafik memang saat aku bilang cinta itu tidak harus memiliki atau saat aku bilang, aku senang  melihatnya bahagia meskipun tidak bersamaku, tapi apa tidak lebih jahat jika aku memisahkan cinta - nya yang begitu besar terhadap kekasihnya tersebut dan memaksakan kau untuk dapat mencintaiku?

Lantas kini apa yang bisa aku perbuat, aku biarkan saja rasa ini mengendap didalam lalu mati perlahan dan tidak akan pernah aku ucapkan kepada, bukan karna aku pecundang tapi ini kulakukan demi persahabatan kita, aku takut kalau kamu tahu aku mencintainya lantas dia akan menjauhi ku lalu pergi meninggalkan ku. Bukan kah itu lebih sakit dibandingkan aku harus memendam semua rasa yang ada, biarlah cukup hanya aku dan Tuhan yang tahu kalau sesungguhnya aku menyayangi dia lebih dari sekedar sahabat.


tapi sebelumnya aku hanya ingin bertanya,



salahkah aku mencintaimu, sobat???

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

4 komentar:

Fandhy Achmad R mengatakan...

"aku senang melihat dia tersenyum, meskipun aku tau bukan aku yang ada dibalik senyumannya" kata-katanya #jlebb sekali X)

mohon bantuannya ya :D http://fandhyachmadromadhon.blogspot.com/2014/02/mengenal-kampung-fiksi.html

Anonim mengatakan...

Kata-katanya dalem :')

Unknown mengatakan...

ngenes bnged, bikin terharu,,seolah2 ini seperti curhatan hati sendiri,,makasih bek udah nulis duluan..lo ga salah ko mencintai seseorang,,tpi lo salah kalo menggantung harapan lo sama dia,,sama tuhan lah,,kita ini masih punya tuhan bro :) jgn kau gantung harapanmu pada manusia.

Unknown mengatakan...

terimakasih telah berkunjung :)

Posting Komentar