“aku senang melihat dia
tersenyum, meskipun aku tau bukan aku yang ada dibalik senyumannya”.
Entah ini hanya kenyamanan karna
sudah terbiasa bersama atau memang rasa sayang sebagai sahabat ini telah
berubah menjadi rasa takut akan kehilangan.
Satu hal, aku bersahabat
dengannya sudah beberapa tahun belakangan ini dan hampir dapat kupastikan
setiap momen penting dalam hidupku, kulalui bersamanya. Begitupun dia hampir
setiap momen penting dalam hidupnya dia lewati
bersamaku tapi tetap status kami hanya sebagai sahabat, tidak lebih.
Dia pernah bilang aku adalah
salah satu elemen terpenting dalam hidupnya, aku adalah salah satu alasan
kenapa dia mau menetap di kota ini meskipun kedua orangtua-nya menyuruh nya
untuk lekas pulang kekampung halaman, namun dia menolak dengan alasan masih
banyak hal yang belum kami lakukan berdua, masih banyak tempat yang belum kami
kunjungi untuk setidaknya meninggalkan sebuah kenangan kalau kita pernah ke
tempat tersebut.
Satu hal yang aku sesali saat
ini, kenapa rasaku untuknya tiba tiba berubah seiring semakin seringnya
kebersamaan yang terjadi antara kita. rasa yang tadinya hanya sebatas
persahabatan biasa tiba tiba berubah menjadi rasa ingin memiliki sepenuhnya dan
rasa takut kehilangan.
Mungkinkah ini cinta ?
Tapi, bagaimana bisa aku jatuh
cinta kepadanya sedangkan selama ini kedekatan kami hanya sebatas pertemanan
biasa.
Kalau memang yang aku rasakan
adalah cinta lalu bagaimana dengan dia?
Apa dia merasakan hal yang sama
dengan apa yang aku rasakan?
Nampaknya tidak mungkin,
mengingat dia sudah memiliki seseorang yang sangat dia cintai dan aku pun
mengenal baik pria tersebut walaupun sebelumnya aku tidak pernah diperkenalkan
langsung olehnya tetapi dia selalu berbagi kisah mengenai pria tersebut, dengan
bangganya dia menceritakan kalau pria itu serius merajut hubungan dengannya,
pria tersebut adalah pria yang akan menjadi calon imam serta bapak dari anak –
anaknya nanti dan untuk saat ini sang pria sedang merantau menimba ilmu di luar
sana.
Setiap kali mendengar kisah
tentang pria tersebut keluar dari mulutnya aku merasa pengharapanku terhadapnya
berkurang satu demi satu atau bahkan mungkin tidak ada lagi yang aku bisa
harapkan darinya, namun bukankah hidup itu harus punya harapan? Kalau hidup ini
hanya sekedar hidup tanpa sebuah harapan lalu apa gunanya kita hidup. Justru
dengan harapan itu lah kita jadi bersemangat menjalani hari – hari yang walau terlihat
mudah namun pada kenyataannya terasa semakin lama semakin berat saja.
Maka dari itu aku biarkan dan gantungkan
pengharapanku kepadanya, meskipun aku tau untuk memilikinya rasanya hampir
tidak mungkin tapi setidaknya dengan harapan yang menggantung kepadanya aku
mempunyai semangat dan tujuan hidup yang lebih baik lagi. Darinya aku belajar
hidup mandiri saat jauh dari keluarga, darinya pula aku belajar bagaimana
mencintai seseorang diantara begitu banyak rintangan yang ada termasuk jarak
dan waktu.
Darinya aku banyak belajar bahwa
cinta itu tidak harus selalu terlihat, cinta itu tidak harus selalu beriringan,
dengan sama sama mengirimkan doa pun itu bukti kalo engkau mencintai kekasihnya.
Tidak terlihat memang, tapi setidaknya lebih berkualkitas dibanding saling
beriringan dan terlihat tapi tidak saling mendoakan. Dengan ketulusan dan
keyakinan yang kuat dia percaya bahwa bahagia itu akan datang pada saatnya,
mungkin memang tidak saat ini tapi nanti jika Tuhan sudah memberi jalan,
niscaya kebahagian itu akan tiba.
Munafik memang saat aku bilang
cinta itu tidak harus memiliki atau saat aku bilang, aku senang melihatnya bahagia meskipun tidak bersamaku,
tapi apa tidak lebih jahat jika aku memisahkan cinta - nya yang begitu besar
terhadap kekasihnya tersebut dan memaksakan kau untuk dapat mencintaiku?
Lantas kini apa yang bisa aku
perbuat, aku biarkan saja rasa ini mengendap didalam lalu mati perlahan dan
tidak akan pernah aku ucapkan kepada, bukan karna aku pecundang tapi ini
kulakukan demi persahabatan kita, aku takut kalau kamu tahu aku mencintainya
lantas dia akan menjauhi ku lalu pergi meninggalkan ku. Bukan kah itu lebih
sakit dibandingkan aku harus memendam semua rasa yang ada, biarlah cukup hanya
aku dan Tuhan yang tahu kalau sesungguhnya aku menyayangi dia lebih dari
sekedar sahabat.
tapi sebelumnya aku hanya ingin
bertanya,
salahkah aku mencintaimu,
sobat???
4 komentar:
"aku senang melihat dia tersenyum, meskipun aku tau bukan aku yang ada dibalik senyumannya" kata-katanya #jlebb sekali X)
mohon bantuannya ya :D http://fandhyachmadromadhon.blogspot.com/2014/02/mengenal-kampung-fiksi.html
Kata-katanya dalem :')
ngenes bnged, bikin terharu,,seolah2 ini seperti curhatan hati sendiri,,makasih bek udah nulis duluan..lo ga salah ko mencintai seseorang,,tpi lo salah kalo menggantung harapan lo sama dia,,sama tuhan lah,,kita ini masih punya tuhan bro :) jgn kau gantung harapanmu pada manusia.
terimakasih telah berkunjung :)
Posting Komentar