RSS

Aku dan Hujan



Sudah beberapa hari ini matahari tak kunjung muncul dilangit kala pagi menyapa, beribu – ribu bintang pun seakan menghilang ditengah gelapnya malam, hanya rintikan air yang akhir – akhir ini setia menemani disetiap waktu. Hujan lebih sering menyapa di awal tahun, seperti ingin membasahi bumi ini yang dalam beberapa bulan kebelakang disengat oleh panasnya sinar mentari.

Hujan ini pula lah yang menahan langkahku untuk sekedar beranjak dari kenyamanan yang ditawarkan oleh tempat tidur sejak semalam suntuk padahal banyak hal yang aku harus lakukan di pagi ini, namun rintikan hujan seakan ingin aku untuk lebih lama lagi menikmati pagi ku yang seperti biasa gelap, kelabu tanpa ada cahaya penerang.

Pagi itu hujan kembali berhasil membuatku memasuki sebuah lorong waktu dimana aku pernah menghabiskan waktuku denganmu, untuk hanya sekedar bercerita, bercengkrama bahkan sampai mengukir sebuah kenangan indah berdua.

aku dan hujan

Saat itu aku mengingat banyak hal yang dahulu pernah kita lakukan dikala air mulai terjatuh dari langit, aku ingat saat kita berteduh di sebuah gubuk renta hanya untuk menghindari tetesan air tersebut mengenai tubuh kita atau aku ingat saat aku memayungi mu dengan sebuah jaket kumuh yang ku punya hanya untuk menghindari tetesan tersebut.

Kuarahkan jauh lamunanku kebelakang  saat aku mulai mengenal dan menaruh hati padamu. Aku ingat semuanya, aku ingat saat kamu berbagi kebahagiaan dan kesedihanmu kepadaku aku merasa menjadi manusia paling beruntung saat itu, alasannya? Entahlah.
Atau aku ingat saat kita menghabiskan waktu berdua dan dibawah langit yang bertaburan bintang serta bercahayakan sinar rembulan kita menasbihkan hubungan kita, itu menjadi salah satu momen terbaik dalam hidupku yang takkan ku lupakan sampai kapanmu.

Entah kenapa hujan selalu berhasil membuatku betah berlama – lama berada dalam kenangan masalalu dan tenggelam didalamnya, satu hal yang sebenarnya tidak sama sekali aku inginkan. Semua harapan, kenangan, cinta maupun luka itu sebenarnya sudah ku tutupi rapat – rapat namun tidak tahu kenapa ketika hujan semua memory indah itu kembali  menanjak ke daratan seolah ingin berontak dan keluar dari lubuk hati yang paling dalam.

Aku beranjak dari tempat yang paling nyaman dirumah ini yaitu kasurku, ku pandangi diriku dicermin terlihat raut wajah ku yang berusaha tersenyum padahal dalam hati sedang bersedih, dicermin terlihat semua kepalsuan yang selama ini aku berusaha tunjukan kepada semua orang kalau sesungguhnya diriku ini adalah seorang pria yang kuat tapi nyatanya aku tidak bisa menyembunyikan diriku yang sebenarnya rapuh dan tak ‘bertuan’ ini.

Semua kepalsuan ini selalu aku berusaha tunjukan kepada semua orang bukan karna aku munafik tapi karna aku tidak ingin orang memandang lemah diriku yang masih sering berkutat pada luka dan kenangan dimasa lalu meskipun pada kenyataannya aku memang seperti itu. Namun ku coba berusaha menutupi itu semua rapat – rapat demi dia pula, dia yang sudah membuang ku seperti sampah dan kini sedang tertawa dikejauhan melihat keterpurukanku.

Tak terasa lamunan ku dipagi ini berhasil membuat air mata ini jatuh membasahi pipi beriringan dengan jatuhnya air hujan yang sejak tadi tak kunjung henti, air mata terakhir yang aku jatuhkan untuk orang seperti mu yang rasanya tidak pantas ku tangisi kepergiannya.

“Jangan tangisi kepergiannya, dia yang terlalu pecundang untuk bisa setia” – alit susanto.

Ku sudahi lamunan ku di pagi ini karna tidak ada gunanya pula aku menangisi masa lalu yang seharusnya sudah ku ikhlaskan. Masa lalu seharusnya hanya menjadi kenangan dan pelajaran bukan malah untuk di tangisi, ahh hujan ini memang selalu bisa membuat semua orang mengeluarkan sisi lain pada diri mereka masing – masing termasuk sisi lain diri ku.

Seiring lamunan ku berhenti hujan pun ikut berhenti di pagi itu menandakan kalau aku harus segera mulai menjalankan rutinitas ku hari ini, meskipun dengan hawa udara yang sudah terlanjur membuai ku untuk diam dan berlama – lama menikmatinya disini namun masa depan ku juga enggan menunggu kalau aku hanya terpaku disini dan dikalahkan oleh cuaca seperti ini. Aku harus menjemput masa depanku dan masa depan adalah hasil jerih payah dari apa yang telah aku lakukan hari ini dengan mempertaruhkan segala rasa nyamanku di waktu muda untuk mendapatkan rasa nyamanku di waktu tua nanti tentunya bersama orang – orang yang aku cintai, kalian mungkin akan menjadi salah satunya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar