RSS

#Cerpen : Akhir Perjalanan 5

Akan ada yang selalu memberikan kamu kenangan, hal yang saya lakukan hari ini pasti akan berganti dengan hal lain yang datang setelah saya, saya tak khawatir, justru terima kasih kepada mereka yang telah membahagiakan kamu, setidaknya kebahagiaan kamu adalah bahagia saya di lain sisi, kamu tak perlu cemas memikirkan bagaimana saya sekarang, yang terpenting buat saya adalah kamu.


-Ben


**

Mata saya terbangun dari tidur yang amat panjang, kepala saya terasa sakit dan sangat berat, badan tak bisa digerakan sama sekali.

Saya tak ingat persis kejadian apa yang menimpa saya semalam, yang saya ingat saya membuka pintu rumah lalu tiba-tiba sekeliling saya gelap tak bercahaya.

Siang ini saya dapati tubuh saya sedang terbaring lemah di kasur sebuah rumah sakit, tak ada siapapun di sisi kanan-kiri saya, ibuu saya pasti sedang menjalankan kewajibannya, saya paham itu, karena sedari kecil memang saya terbiasa sendiri.

Jaga dia Tuhan, hanya dia saat ini yang saya punya.


Far, kamu pasti lagi bahagia banget yaah sekarang?

Aku yakin itu.

Kondisi ku saat ini pun tak mengurangi rasa bahagia mu, tapi tak apa, saya berusaha memahami itu.


Far, kira-kira kamu lagi apaa sekarang?

Masih inget gak sama saya?

Pemberian yang saya kasih, selalu digunakan tidak?

Atau, hanya ditaro di rak dan dibiarkan berdebu?

Ahh tak apa, itu kan sudah jadi hak kamu, saya tak pantas mempertanyakannya.


Maaf yaah, di hari spesialmu saya hanya bisa memberikan hal yang menurut saya biasa saja.

Bukan karena tak mau mengeluarkan uang lebih untuk bisa memberikan mu hal yang lebih spesial tapi, saya yakin sudah ada orang lain yang menyiapkan hal ituu, bahkan orang yang sangat kamu spesialkan, jadi saya cuma hanya bisa memberikan benda murah kecil yang sederhana itu.


Hahaha.

Kalau mengingat bagaimana saya mencari benda itu, saya pengin mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah membantu saya menemukannya.

Apalagi, ibu-ibu penjual di toko barang-barang antik itu, ahh awkward moment.

Saya beli barang harga sekian, ditawari untuk sekalian dibungkus masa jadi dua kali lipat harganya.

Hahaha.



Far, kamu ingat pernah bertanya kenapa saya suka sendiri?

Saya tidak suka keramaian, saya tidak bisa berada di lingkungan yang memaksa saya untuk bersikap seolah bukan saya. Saya enggan jadi orang munafik, mau kamu cap saya sebagai orang yang tak punya teman pun saya tak peduli, karena bagi saya, kadang kita butuh sendiri untuk mengenal lebih akrab dengan diri sendiri, dibanding harus terus jadi diri orang lain.



"Kamu janji jaga kesehatan yaah, karena nanti kalau kita jauh, aku gak bisa ngerawat kamu" begitu ujar mu dulu waktu mendapati saya sedang terbaring lemah.

Atau, ingat ini?

"Banguuuunnnn! Dasar pemalas! Bisanya tidur ajaa, mana mana mana katanya sakit? Coba sini aku liat, manja banget!"


Atau yang ini,

"Kamu makan dulu yah, dikit ajaa, biar perutnya keisi, kepalanya masih sakit? Masih muter yaah? Sini aku pijitin"


Saya rindu akan hal ituu Far, apakah kamu juga merindukan hal yang sama dengan saya?


Ahhhh

Akan ada hal-hal baru yang memberikanmu kenangan yang indah, saya paham hal yang saya berikan akan mudah terlupa begitu saja ketika ada orang lain yang menggoreskan hal baru di hidupmu.

Begitulah kinerja otak manusia, tidak mungkin memuat semuanya, yang lama akan tergantikan oleh yang baru, yang pernah ada akan selalu tergantikan dengan yang selalu ada, dan yang kamu liat dulu akan terhapus dengan yang kamu liat saat ini.



Saat semua t'lah berbeda apa yang kita rasa, ku tak ingin kau terluka

Memang kita belum terbiasa atau mungkin tak bisa bersama, tapi ku ingin kau percaya, ku tak ingin kau terluka.



Far, dalam keadaan seperti ini saja saya masih sempat mengingatmu, bagi saya bertemu denganmu adalah suatu perjalanan yang patut saya syukuri. Entah kenapa alasannya.

Semua hal tidak perlu beralasan kan?

Saya tidak menganggap semuanya adalah kebetulan semata.

Karena saya tak percaya dengan yang namanya kebetulan.


Sekarang, semua hal berjalan di luar kemauan kita. Maaf, saya maksudnya. Saya tak pernah tau bagaimana kemauanmu terhadap saya.

Saya berusaha mempercayai semua ucapanmu, sambil berdoa supaya memang begitulah adanya, bukan karena semata-mata ingin menyenangkan saya.


Jika pun hanya ingin menyenangkan saya, saya tak akan marah. Terima kasih banyak saya ucapkan malah untuk semua hal yang telah kamu beri meskipun hanya dalam kepura-puraan belaka.


Far,

Coba genggamlah tanganku dan biarkanlah diri menjagamu hingga kau terlelap,

Ku kan menunggu dirimu karena kau sangatlah berarti untukku.


Mungkin ku terlalu mencintaimu.








"Maaf mas, makan siangnya"


"Faraah??"


"Farah??"


"Ahhh Farah, kamu ke mana ajaa?, aku kangen sama kamuu"


"Farah? Bukan mas bukan, saya Santi suster yang merawat mas"


"Ahhh maaf mba maaf"


"Iyaa iyaa gapapa mas, saya mau memastikan apakah mas sudah minum obatnya?"


"Sudaah sus"


"Yasudah kalau gitu, baiknya mas istirahat saja biar cepat pulih kondisinya"


"Baik sus"


"Ngomong-ngomong Farah siapa mas? Pacarnya yaah? Sampe-sampe tadi mas menganggap kalau saya adalah Farah"


"Tadi saya habis mimpi mba, terus masih terbawa mimpi sepertinya saat suster datang ke sini hehhe" ucap saya asal


"Ahh mas mimpi sampe segitunya, iyaudah saya tinggal dulu yah kalau perlu apa-apa bisa panggil saya"


"Makasih sus"



Far, kamu lagi apaa sekarang?


Saya rindu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar