RSS

#Imho : logika atau perasaan?

Kalian tidak bisa memilih jatuh cinta dengan siapa.


Tapi,

Kalian bisa memilih menikah dengan siapa.

Begitu ucap presiden Jancukers, Sudjiwotedjo.

Dan, saya percaya. Mempercayainya bahkan.


Atau, begini..

Cinta itu i-logical, gak bisa dinalarkan, tidak bisa dilogikakan.

Namun, ketika kalian menjalin hubungan dengan orang yang kalian cintai, kalian HARUS menggunakan logika kalian.

Saya lupa ituu celoteh siapa di twitter.


Bahkan, Arman Dhani pun berujar..

Yang harus diselamatkan dari berakhirnya sebuah hubungan adalah akal sehat dan Hati nurani. Bukan perasaan.


Lalu, kenapa saya mengawali tulisan saya dengan kalimat-kalimat seperti itu?

Okeh begini,

Banyak di antara mereka yang terjebak dalam sebuah hubungan yang terlalu mengedepankan perasaan dibanding akal sehat.

'Mereka' yang dimaksud di sini mungkin juga saya, percaya bahwa ketika sedang menjalin hubungan dengan lawan jenis atas nama cinta, semua hal dilakukan dengan atas dasar perasaan. Bukan logika.

Padahal, seperti yang saya bilang tadi, cintanya yang tidak bisa dilogikakan, sementara berhubungan dengan manusianya harus dengan logika.

Kenapa harus?

Demi menjaga akal sehat dan pikiran kita.


Yang setuju silahkan tepuk tangan, yang tidak setuju silahkan angkat kaki dari tulisan saya.
Ini himbauan.



Kenapa banyak kasus susah move on? Atau selalu ingat mantan?
Dan lain sebagainya, yang berujung menyakiti diri sendiri, lalu nanti timbul playing victim, saling meng-klaim bahwa dulu waktu menjalani hubungan, pasangan kamu yang salah dan kamu benar, kamu yang setia dan pasangan kamu tidak, kamu yang berjuang dan dia tidak.

Begituu terus.

Saling menyalahkan, padahal dulu pas masih dalam satu ikatan (re : pacaran) mesranya bukan main, yang menurut mereka romantis padahal di mata orang lain menjijikan pun tidak dipedulikan.


Itu karena waktu berhubungan, mereka terlalu mengedepankan perasaan atau mungkin sudah mulai ketergantungan.

Gak bisa bahagia kalau tidak dibahagiakan pasangannya.

Tolong yang begitu, pahami konsep kebahagiaan sebenarnya.


Nah, lalu apakah salah terlalu mengedepankan perasaan ketika (masih) pacaran?


Tidak.

Tidak salah.

Tapi, percayalah kalian lebih membutuhkan logika ketika berhubungan dibanding perasaan, se-cinta dan se-sayang apapun kalian dengan pasangan kalian.

Toh kan juga baru pacaran :)))




Jadi gini, adik-adik muda yang beriman dan berbahagia.

Jangan gantungkan hidup kalian ke pacar kalian.

Jangan.

Jangan gantungkan kebahagiaan kalian ke pacar kalian.

Jangan.


Coba untuk saling membahagiakan, bukan menuntut untuk harus dibahagiakan.

Karena, jiwa bukanlah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Itu kata 'Dee Lestari'

Dan, kalian tetaplah jadi diri kalian saat berhubungan dengan siapapun yang kalian cintai/sayangi, jangan pernah berubah untuk membahagiakan dia semata tapi kalian tidak bahagia.


Ini #IMHO loh yaah, boleh dipercaya, boleh tidak.





Nb :

Tulisan ini dibuat atas hasil 'diskusi' penuh emosi semalam dengan manusia yang selalu berhasil 'memaksa' saya melakukan hal-hal di luar kebiasaan saya.


Saya menyebutnya 'diskusi', padahal kita gontok-gontokkan, bahkan hampir pukul-pukulan.




Tapi virtual :))

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya termasuk orang yang selalu menggunakan logika. Kalau terlalu pake perasaan gimana ya... ujung-ujungnya baper. Tapi terkadang si perasaan ini suka ikut campur dan mengalahkan logika.

Fandhy Achmad R mengatakan...

Sudah kodratnya cowok itu lebih condong kalo memandang sesuatu memake logika :))

cowok itu logic-isme

Unknown mengatakan...

Tapi banyak juga ko pas cowok yang lebih mengedepankan perasaan dibanding logikanya :))

Unknown mengatakan...

Iyaa mas, makanya harus pintar menempatkan sesuatu hehhe

Posting Komentar