RSS

Terima kasih dan tak pernah cukup

Kamu tahu apa yang lebih melelahkan dalam hidup ini selain menunggu??


Jawabannya mencari.

Mencari dia yang kita anggap pantas untuk mendampingi kita. Dia yang kita anggap terbaik yang Tuhan kirim untuk kita. Dia yang selalu kita bumbui dengan prosa-prosa cinta dan kasih sayang agar menarik perhatian.

Dia yang kita inginkan.

Tapi, kita tak dibutuhkan.


Hidup kadang selucu itu.


Karena memang apa yang kita inginkan, belum tentu sama dengan apa yang orang lain butuhkan.

**

Malam ini saya memutuskan untuk pergi menghindari hingar-bingarnya Jakarta dengan berbagai problematika yang ada.

Seminggu penuh berkutat dengan hal yang sama sekali tak saya inginkan namun terpaksa saya lakukan dengan berlandaskan kewajiban.

Saya lelah.


Dari dalam sebuah coffee shop di daerah Bogor, saya melihat seorang wanita dengan rambut sebahu sedang mengantri untuk memesan.

Dengan cardigan pink dan jeans denim blue-nya membuat dia terlihat sangat menawan di mata saya.

Lama saya memperhatikannya, tiba-tiba ada bayangan dewa cupid di sana.

Dia menoleh.

Iyaa dia menoleh dan tersenyum ke arah saya.

Saya membalasnya dengan senyuman yang manis ke arahnya, sambil berbisik,

"Saya jatuh cinta pada tatapan dan senyumnya"


Di luar, cuaca sedang dingin-dinginnya.


Art pada moccachino saya sudah tak jelas lagi bentuknya.

Sudah sejam lebih saya menghabiskan waktu di sini, di depan laptop. 


Tak jelas apa yang saya tulis. Pikiran saya meng-awang-awang tak tentu arah. Terlalu banyak hal-hal yang terlintas di sini.


Hal yang paling terlintas adalah, pertemuan saya dengan seorang wanita satu bulan yang lalu.

Wanita yang selama sebulan ini selalu mengganggu pikiran saya. 

Wanita yang selalu berhasil membuat saya tidur lebih lama karena ingin bercanda gurau dengannya.

Wanita yang selalu membuat saya terlihat lebih berarti jika bersamanya, dan tak-tahu-harus-berbuat-apa jika tak ada dirinya.

Saya yakin, jika dia membaca tulisan ini dia akan muntah dengan berlebihannya saya mendeskripsikan dirinya.

Tapi, memang benar.

Buat saya, penting menemukan seseorang yang selalu percaya akan mimpi-mimpi yang kita miliki. Setidaknya, jika saya lelah dan ingin menyerah, masih punya alasan untuk bangkit dan kembali mengejar mimpi tersebut.

Dan, wanita itulah yang saya rasa mampu mempercayai saya beserta mimpi-mimpi saya disaat orang lain meremehkannya.

Saya pernah berujar kepadanya, jika cinta hanya soal kebiasaan dan ketergantungan.

Dan, jujur saya sudah terbiasa dengan apa-apa yang menyangkut dengannya, dan segala hal dari dia seakan candu buat saya.


Shuffle mode pada playlist i-tunes saya makin membawa bayangan wanita tersebut ke dalam benak saya.




Hari ini telah ku temukan

Seorang yang membuat ku tersenyum

Selamat tinggal semua kesedihanku

Saat ini ku ingin bahagia



Perih yang pernah ku alami

Kini tlah terobati karena mu

Tetap lah dirimu ada di hidupku

Karena aku, ku inginkan kamu



Ku ingin kau menjadi satu di dalam kosong ku

Ku mau kau mengerti hidup ini hanya untuk bahagia dan ku inginkan dengan mu.



Lama saya melamun memikirkan wanita tersebut, sampai lupa bahwa ada satu hal yang saya perhatikan seksama sedari tadi di dalam coffee shop ini.


Iyaa, wanita dengan rambut sebahu dan cardigan pink yang mengantri di kasir tadi  yang sudah berhasil menarik perhatian saya.




Kini dia berjalan menghampiri saya,



"Gimana a, udah selesai tulisan buat aku?"


"Iyaa ini sebentar lagi, lagi diedit dulu yah".


"Iyaa, makasih yaah".


"Makasih? Buat?"


"Makasih karena sudah mau berhenti di aku"


"Aku yang harusnya terima kasih"


"Ko? Terima kasih buat?"


"Sudah bersedia jadi alasan di setiap kenapa yang aku lakuin"


"Aku cape"


"Cape kenapa?"


"Cape berjalan, berlari terus mencari"


"Kamu gak perlu lagi berlari lalu mencari kalau gitu"


"Iyaa a"


**


Saya percaya, kita gak perlu mencari yang terbaik untuk mendampingi kita.

Tak perlu mencari yang sempurna.


Cukup perbaiki diri kita sendiri, sebelum mencari yang terbaik.


Karena saya percaya, jodoh itu adalah cerminan diri kita sendiri.


Saya ketika memutuskan untuk berdua, bukan karena takut sendiri atau takut akan sepi.


Karena memang saya menemukan keutuhan saya pada orang yang saya putuskan akan mendampingi saya.


Saat ini, saya menemukan keutuhan saya di kamu.

Saya tidak berharap hanya saat ini, tapi jugaa nanti sampai saya bisa berbagi dalam hal apapun.



Terima kasih telah bersedia di samping saya.


Terima kasih sudah mempercayakan hati mu, untuk saya jaga.

Terima kasih selalu menjadi alasan kenapa saya harus berbuat lebih keras dari biasanya.


Terima kasih yang tak pernah cukup,


Untuk kamu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar