RSS

Teruntuk Lelaki-mu.

Nona, perpisahan adalah hal yang tak diinginkan semua insan. Tapi, percayalah perpisahan adalah awal dari kebahagiaan.


Kau tak percaya?

Mari dibuktikan.


Ini bukan keinginan kita berdua, tapi saya yakin tidak ada juga yang pengin melihat kita bersama.

Selalu ada yang terpatahkan ketika dua hati disatukan.

Pecah-belah.

Berantakan.

Dan, kali ini saya memutuskan untuk jadi hati yang dipatahkan, membiarkan nona menyatukan hati dengan tuan pilihan nona.

Berantakan kah saya?

Jelas.

Bahagiakah saya?

Jika jawaban atas pertanyaan tersebut mampu membuat nona tak lagi berbalik menatap saya yang sedang berantakan, saya pastikan,

Saya b-a-h-a-g-i-a


Kenapa tak saya ucapkan dalam satu hela nafas dan senyum merona kalau memang jawabannya bahagia?

Maaf nona, masih ada isak tangis di antara kata-kata tersebut.


Teruntuk lelaki-mu, saya hanya pengin sampaikan.

Dia beruntung.


Sudah-kah?

Kalau memang dia pria yang tepat untuk-mu, saya yakin dia akan menjaga dan membuat mu baik-baik saja.

Jadi, saya kira tak ada lagi yang pengin saya sampaikan untuk-nya.

Hanya beruntung sajaa, tak lebih.

Tapi, harapan saya dia tidak menganggap nona sebuah keberuntungan. Karna buat saya, nona adalah sebuah anugerah, maha karya Tuhan paling indah.

Dia yang beruntung, bukan karena nona adalah sebuah keberuntungan.


Nona, ada sebuah air yang keluar dari ekor mata saat saya menulis tulisan ini.

Air mata lega karna bahagia melihat nona bahagia, atau air mata penyesalan atas hilangnya sebuah pengharapan saya selama ini.


Saya rusuh, lusuh.

Berantakan, acak-acakan.


Kesempatan yang nona berikan, sudah saya maksimalkan. 

Walau tak sesuai apa yang saya harapkan, tapi saya senang melakukannya.

Sedari awal, saya bilang.

Apapun yang menurut nona baik, lakukan.

Apapun yang membuat nona bahagia, kerjakan.

Dan, siapapun yang dapat meyakinkan nona, dia berhak mendapat kesempatan.

Sekarang, nona telah menjatuhkan pilihan.

Bukan saya, tapi tuan yang menulis nama nona di atas puncak tertinggi. Di atas langit.

Sangat dekat dengan Tuhan tapi masih berpijak di bumi.


Satu hal yang tak bisa saya lakukan.


Hari ini, saya putuskan mengakhiri semua harapan.

Bukan karena nona telah menjatuhkan pilihan atau habisnya semua kesempatan saya.

Tapi, saya sadar.

Mengharapkan sesuatu yang tak pengin diharapkan adalah hal yang sia-sia.


Kita bagai sebuah lingkaran yang tak kunjung jelas mana ujungnya.


Selamat berbahagia nona, semoga dalam keadaan baik-baik saja.

Dan biarkan saya menghapus luka saya dengan cara saya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Jefferson L mengatakan...

perpisahan terkadang memang harus terjadi, nona...

Posting Komentar