Budi senang sekali setelah wanita yang diincarnya selama ini
mulai menunjukan ada rasa terhadapnya, meskipun dari segi wajah, budi ini bisa
dibilang jauh dari kata tampan tapi dia punya sesuatu kelebihan yang bisa
membuat semua orang suka terhadapnya. Begitu kurang lebih ucapan dari ijah
ketika ditanya oleh budi alasan dia mau terus berlama – lama bersama budi.
Namun saat itu budi tidak dapat mengungkapkan perasaannya
secara terus terang tentang apa yang dia rasakan kepada ijah karna saat itu
status ijah yang (masih) berpacaran. Budi tahu ini menjadi sebuah dilema
untuknya ketika dia harus bertahan untuk tetap mencintai seseorang yang sudah
memiliki kekasih disampingnya. Namun alasan itu tidak membuat budi langsung
menjauhi ijah begitu saja dihatinya ijah sudah memiliki satu tempat yang sangat
rapih dan suatu saat akan diisi oleh ijah sendiri meskipun membutuhkan waktu
yang lama tapi tidak membuat budi lantas putus asa karna berada disamping ijah
saja sudah membuatnya senang.
Hari demi hari berlalu
hubungan budi dengan ijah pun makin lama makin dekat, yang tadinya hanya
sekedar chatting biasa sekarang sudah berani menghubungi lewat telpon bahkan
sempat beberapa kali mereka pergi jalan berdua sekedar untuk menghabiskan waktu
bersama. Bagi budi ijah adalah segalanya, ijah adalah apa yang ada didalam doa
doa budi baginya ijah adalah salah satu kepingan puzzle dalam hidupnya yang
selama ini dia cari.
Sampai akhirnya suatu hari ijah datang menghampirinya dengan
berderai air mata dan membawa berita yang membuat budi senang sekaligus sedih.
Ijah mengatakan kalo dia sudah putus dengan kekasihnya beberapa menit lalu,
kabar ini tentu saja membuat budi senang karena usaha dia untuk mendapatkan
ijah selangkah lebih maju namun disatu sisi dia merasa sedih ketika melihat
ijah yang biasanya tertawa riang bersamanya kini malah harus berderai air mata
karna hubungannya yang kandas dengan sang kekasih.
Ditengah kegalauan ijah setelah putus dengan pacarnya budi
berusaha untuk mengisi hari – hari ijah dengan canda dan tawa seperti biasanya
namun kali ini dengan status yang berbeda, mereka kini sama sama single. Status
inilah yang membuat budi makin berani untuk mengungkapkan perasaan yang selama
ini dia rasakan ke ijah berharap ijah pun bisa membalas perasaannya ke dia.
“jah ada yang mau aku
omongin ke kamu”.
“sampeyan kenapa toh bud,
kalo mau ngomong yaa ngomong aja pake minta ijin segala kaya sama siapa aja”.
“eee.. anu jaah itu anu”.
“anu opo toh bud? Anu mu
kenapa memangnya?”
“bukaan jah bukan, anu ku
gapapa ko”
“lalu kalo anu mu gapapa,
kamu mau ngomong apaa?”
“ee anu jaah, anuu”.
“duuh bud sampeyan kalo
ngomong toh yang jelas daritadi anu anu terus”.
“ aku suka sama kamu jah,
aku sayang sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?”
“bud, aku juga sayang sama
kamu tapi untuk saat ini aku belum bisa nerima kamu buat jadi pacar aku, sakit
itu masih ada bud aku masih trauma kalo buat pacaran”.
“tapi jah aku janji aku
gak bakal nyakitin kamu, aku gak bakal sia – sia in kamu kaya mantan kamu yg
lalu”.
“iya bud aku tau kamu gak
bakal nyakitin aku kaya mantan aku, tapi aku juga perlu waktu bud buat mulai
semuanya dari awal lagi, tapi aku janji klo aku siap aku bakal ngasih tau kamu
dan kita bakal bisa bersama bud percaya sama aku”.
“iyaa jah aku ngerti kok
aku bakal sabar kok nunggu waktu itu tiba”.
“makasih bud yaah udah mau
ngertiin aku, aku sayang bud sama kamu”.
‘’iyaa jah aku juga sayang
sama kamu”.
Pekan demi pekan berganti hubungan ijah dengan budi makin
dekat saja seiring ketika mereka sudah mengetahui bagaimana perasaan mereka
satu sama lain, namun tetap saja dengan status yang belum jelas. Memang baik
ijah maupun budi sering mengutarakan perasaannya masing – masing namun bukan
berarti bisa ngerubah status mereka dengan cepat, karna dalam alasannya ijah
masih sering meminta budi untuk bersabar dan menunggunya.
Budi pun antara bodoh atau terlalu sayang bisa dengan sabar
menerima alasan ijah dan menunggu ijah dalam ketidakpastian, karena rasa
sayangnya yang begitu besar buat ijah membuatnya tidak dapat memaksakan
kehendaknya kepada ijah meskipun dalam hatinya budi lelah menunggu ijah dalam
ketidakpastian tapi dia tetap sabar. Karena ijah pernah berkata keoadanya “semua
akan indah pada waktunya”.
Dalam ketidakpastian hubungan mereka, tiba tiba budi melihat
ijah sedang berjalan bergandengan mesra dengan pria yang membuatnya menangis
beberapa waktu lalu. Budi pun bertanya – tanya tentang kejadian yang diliatnya
beberapa saat lalu, dia berusaha menanyakan hal itu kepada ijah namun ketika
dihubungi nomor hape ijah tiba tiba sibuk, waktu budi ingin bertemu ijah untuk
menanyakan hal tersebut ijah pun bagaikan ditelan bumi.
Tiga hari sudah setelah kejadian tersebut budi hilang kontak
dengan ijah berapa kali budi berusaha menghubungi ijah namun tidak mendapatkan
respon yang positif darinya, ketika dikampus pun bertemu ijah seakan menghindar
dari hadapan budi. Budi pun makin bingung apaa sesungguhnya yang sedang terjadi
dengan ijah sehingga membuatnya jadi seperti ini karena tidak biasanya ijah
bersikap seperti kecuali 3 hari kebelakang sejak budi melihat kejadian
tersebut.
Tidak mau bergelayut dengan ketidakpastian perubahan sikap
ijah terhadapnya beberapa hari terakhir, budi pun berusaha mencari tahu apa
yang sebenarnya terjadi dengan perubahan sikap ijah yang begitu drastic, tidak
kunjung mendapat tanggapan dari ijah akhirnya budi memutuskan untuk menanyakan
hal tersebut kepada sahabat dekat ijah. Namun alangkah terkejutnya budi ketika
dia mendengar pengakuan dari para sahabat – sahabat ijah yang mengatakan
bahwasannya ijah sudah balikan dengan
mantan pacarnya.
“watdepaak”
Umpat budi dalam hati mendengarkan informasi yang diberikan
oleh sahabat ijah, entah apa yang dia rasakan saat itu kecewa, marah, sakit
hati semua bercampur aduk menjadi satu. Tapi budi tidak mau dengan mudahnya
percaya atas apa yang telah diceritakan oleh sahabat ijah tersebut. Akhirnya
dia memutuskan untuk mencari kebenarannya dengan satu satu nya cara yaitu
bertanya langsung kepada ijah, meskipun belakangan ini ijah selalu menghindar
jika bertemu ataupun dihubungi oleh budi tapi budi tidak mudah putus asa sampai
disitu saja, dia berniat menemui ijah untuk mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya.
“jah kamu kenapa toh ndo
akhir – akhir ini menghindar dari aku”.
“apaa sii bud, aku mau
masuk kelas dulu sudah terlambat soalnya”.
“tunggu sebentar ada yang
ingin aku bicarakan denganmu, kenapa kamu tidak pernah menjawab telp dan sms
aku bahkan kalo bertemu kamu malah menghindar dari aku”.
“tidaak apa apa, aku hanya
ingin sendiri”.
Budi selalu mendapatkan jawaban seperti itu jika bertemu
dengan ijah sampai akhirnya dia merasa lelah sendiri untuk menanyakan hal yang
sama kepadanya.
Seiring berjalannya waktu jawaban dari segala macam pertanyaan
budi akhirnya terjawab dengan makin dekat dan mesranya hubungan ijah dengan
mantan pacarnya tersebut sampai budi menemukan fakta bahwa ijah sudah mengganti
nomor telponnya tanpa memberi tau budi.
Makin kesini hubungan ijah dengan mantannya malah semakin
mesra dan malah sebaliknya hubungan ijah dengan budi malah makin tidak jelas
kemana arahnya. Hal ini lah yang meyakinkan budi bahwasannya apa yang
diberitahukan oleh sahabat ijah tentang kabar balikannya ijah dengan mantannya
adalah benar. Lalu dianggap apakah selama ini dirinya oleh ijaah pikir budi
dalam hati.
Apalah arti kata sayang yang selama ini sering diungkapkan
oleh ijah kepadanya kalo pada kenyataanya ijah malah lebih memilih balik ke
masa lalunya?
Lalu kemana semua janji janji manis ijah yang sering dia
ikrarkan kepada budi kalo hanya untuk diingkari seperti ini?
Apakah ijah hanya menganggap nya sebagai persinggahan
sementara agar dia bisa kembali lagi ke masalalunya?
Hanya pertanyaan pertanyaan itulah yang berkecamuk didalam
pikiran budi, dia tidak habis pikir orang yang selama ini dia anggap baik malah
memberi luka yang mendalam untuknya, orang yang selama ini diperjuangkan
olehnya malah berbalik mengkhianatinya. Sampai akhirnya budi berani mengambil
kesimpulan kenapa selama ini hubungannya sama ijah tidak pernah ada komitmen
dan dibiarkan menggantung, itu tidak lain dan tidak bukan karena memang ijah
masih memendam cinta yang dalam untuk sang mantan pacarnya sementara dirinya
hanya dijadikan pelarian oleh ijah disaaat ijah tengah patah hati.
Ijah pernah berkata kepada budi, bahwa : “semua akan indah
pada waktunya”.
Iyaa
memang semua akan indah pada waktunya tapi waktumu dan waktunya bukan waktu ku
dan waktu mu apalagi waktu kita, begitu pikir budi.
Mimpi itu akan datang pada waktunya, begitu ucap ijah dilain
kesempatan
Iyaa
mimpi untuk kamu bersamanya dan dia bersamamu bukan mimpi ku, mimpi mu apalagi
mimpi kita, begitu pikir budi mengartikan kata – kata yang
pernah diucapkan ijah dulu.
Tapi seorang budi akan tetap menjadi budi yang dikenal oleh
orang sebagai pribadi yang tangguh , ceria dan tidak gampang putus asa. Setelah
kisah cintanya dengan ijah berjalan diluar skenario seharusnya, budi tetaplah
berpikiran positif mungkin baginya ijah akan lebih baik jika tidak bersamanya
lagipula jika ijah bersamanya tidak mungkin dia bia membahagiakan ijah seperti
mantannya membahagiakannya. Lagipula dia tidak pernah memaksa ijah untuk dapat
menerima cintanya baginya cinta sejati adalah cinta yang diberi tanpa
mengharapkan timbal balik dari orang yang dicintainya.
Meskipun dia tahu ijah telah memberikan “pelajaran” yang
sangat berharga untuknya yang mungkin tidak akan pernah dilupakan olehnya,
namun ijah tetap mempunyai sebuah tempat yang sangat rapih dihatinya yang
mungkin akan dibiarkan kosong, yang terpenting baginya ijah tahu bagaimana dia
mencintainya dan ijah lihat seberapa besar perjuangan dia untuknya, sementara
soal ijah yang berpaling dan meninggalkannya biarlah menjadi keputusan diri
ijah sendiri. Karena ijah tahu mana yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Tamat…
0 komentar:
Posting Komentar