RSS

#BukanCerpen

Budi senang sekali setelah wanita yang diincarnya selama ini mulai menunjukan ada rasa terhadapnya, meskipun dari segi wajah, budi ini bisa dibilang jauh dari kata tampan tapi dia punya sesuatu kelebihan yang bisa membuat semua orang suka terhadapnya. Begitu kurang lebih ucapan dari ijah ketika ditanya oleh budi alasan dia mau terus berlama – lama bersama budi.

Namun saat itu budi tidak dapat mengungkapkan perasaannya secara terus terang tentang apa yang dia rasakan kepada ijah karna saat itu status ijah yang (masih) berpacaran. Budi tahu ini menjadi sebuah dilema untuknya ketika dia harus bertahan untuk tetap mencintai seseorang yang sudah memiliki kekasih disampingnya. Namun alasan itu tidak membuat budi langsung menjauhi ijah begitu saja dihatinya ijah sudah memiliki satu tempat yang sangat rapih dan suatu saat akan diisi oleh ijah sendiri meskipun membutuhkan waktu yang lama tapi tidak membuat budi lantas putus asa karna berada disamping ijah saja sudah membuatnya senang.

Hari demi hari berlalu  hubungan budi dengan ijah pun makin lama makin dekat, yang tadinya hanya sekedar chatting biasa sekarang sudah berani menghubungi lewat telpon bahkan sempat beberapa kali mereka pergi jalan berdua sekedar untuk menghabiskan waktu bersama. Bagi budi ijah adalah segalanya, ijah adalah apa yang ada didalam doa doa budi baginya ijah adalah salah satu kepingan puzzle dalam hidupnya yang selama ini dia cari.

Sampai akhirnya suatu hari ijah datang menghampirinya dengan berderai air mata dan membawa berita yang membuat budi senang sekaligus sedih. Ijah mengatakan kalo dia sudah putus dengan kekasihnya beberapa menit lalu, kabar ini tentu saja membuat budi senang karena usaha dia untuk mendapatkan ijah selangkah lebih maju namun disatu sisi dia merasa sedih ketika melihat ijah yang biasanya tertawa riang bersamanya kini malah harus berderai air mata karna hubungannya yang kandas dengan sang kekasih.

Ditengah kegalauan ijah setelah putus dengan pacarnya budi berusaha untuk mengisi hari – hari ijah dengan canda dan tawa seperti biasanya namun kali ini dengan status yang berbeda, mereka kini sama sama single. Status inilah yang membuat budi makin berani untuk mengungkapkan perasaan yang selama ini dia rasakan ke ijah berharap ijah pun bisa membalas perasaannya ke dia.


“jah ada yang mau aku omongin ke kamu”.

“sampeyan kenapa toh bud, kalo mau ngomong yaa ngomong aja pake minta ijin segala kaya sama siapa aja”.

“eee.. anu jaah itu anu”.

“anu opo toh bud? Anu mu kenapa memangnya?”

“bukaan jah bukan, anu ku gapapa ko”

“lalu kalo anu mu gapapa, kamu mau ngomong apaa?”

“ee anu jaah, anuu”.

“duuh bud sampeyan kalo ngomong toh yang jelas daritadi anu anu terus”.

“ aku suka sama kamu jah, aku sayang sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?”

“bud, aku juga sayang sama kamu tapi untuk saat ini aku belum bisa nerima kamu buat jadi pacar aku, sakit itu masih ada bud aku masih trauma kalo buat pacaran”.

“tapi jah aku janji aku gak bakal nyakitin kamu, aku gak bakal sia – sia in kamu kaya mantan kamu yg lalu”.

“iya bud aku tau kamu gak bakal nyakitin aku kaya mantan aku, tapi aku juga perlu waktu bud buat mulai semuanya dari awal lagi, tapi aku janji klo aku siap aku bakal ngasih tau kamu dan kita bakal bisa bersama bud percaya sama aku”.

“iyaa jah aku ngerti kok aku bakal sabar kok nunggu waktu itu tiba”.

“makasih bud yaah udah mau ngertiin aku, aku sayang bud sama kamu”.

‘’iyaa jah aku juga sayang sama kamu”.



Pekan demi pekan berganti hubungan ijah dengan budi makin dekat saja seiring ketika mereka sudah mengetahui bagaimana perasaan mereka satu sama lain, namun tetap saja dengan status yang belum jelas. Memang baik ijah maupun budi sering mengutarakan perasaannya masing – masing namun bukan berarti bisa ngerubah status mereka dengan cepat, karna dalam alasannya ijah masih sering meminta budi untuk bersabar dan menunggunya.

Budi pun antara bodoh atau terlalu sayang bisa dengan sabar menerima alasan ijah dan menunggu ijah dalam ketidakpastian, karena rasa sayangnya yang begitu besar buat ijah membuatnya tidak dapat memaksakan kehendaknya kepada ijah meskipun dalam hatinya budi lelah menunggu ijah dalam ketidakpastian tapi dia tetap sabar. Karena ijah pernah berkata keoadanya “semua akan indah pada waktunya”.

Dalam ketidakpastian hubungan mereka, tiba tiba budi melihat ijah sedang berjalan bergandengan mesra dengan pria yang membuatnya menangis beberapa waktu lalu. Budi pun bertanya – tanya tentang kejadian yang diliatnya beberapa saat lalu, dia berusaha menanyakan hal itu kepada ijah namun ketika dihubungi nomor hape ijah tiba tiba sibuk, waktu budi ingin bertemu ijah untuk menanyakan hal tersebut ijah pun bagaikan ditelan bumi.

Tiga hari sudah setelah kejadian tersebut budi hilang kontak dengan ijah berapa kali budi berusaha menghubungi ijah namun tidak mendapatkan respon yang positif darinya, ketika dikampus pun bertemu ijah seakan menghindar dari hadapan budi. Budi pun makin bingung apaa sesungguhnya yang sedang terjadi dengan ijah sehingga membuatnya jadi seperti ini karena tidak biasanya ijah bersikap seperti kecuali 3 hari kebelakang sejak budi melihat kejadian tersebut.

Tidak mau bergelayut dengan ketidakpastian perubahan sikap ijah terhadapnya beberapa hari terakhir, budi pun berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan perubahan sikap ijah yang begitu drastic, tidak kunjung mendapat tanggapan dari ijah akhirnya budi memutuskan untuk menanyakan hal tersebut kepada sahabat dekat ijah. Namun alangkah terkejutnya budi ketika dia mendengar pengakuan dari para sahabat – sahabat ijah yang mengatakan bahwasannya ijah  sudah balikan dengan mantan pacarnya.

“watdepaak”

Umpat budi dalam hati mendengarkan informasi yang diberikan oleh sahabat ijah, entah apa yang dia rasakan saat itu kecewa, marah, sakit hati semua bercampur aduk menjadi satu. Tapi budi tidak mau dengan mudahnya percaya atas apa yang telah diceritakan oleh sahabat ijah tersebut. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari kebenarannya dengan satu satu nya cara yaitu bertanya langsung kepada ijah, meskipun belakangan ini ijah selalu menghindar jika bertemu ataupun dihubungi oleh budi tapi budi tidak mudah putus asa sampai disitu saja, dia berniat menemui ijah untuk mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya.


“jah kamu kenapa toh ndo akhir – akhir ini menghindar dari aku”.

“apaa sii bud, aku mau masuk kelas dulu sudah terlambat soalnya”.

“tunggu sebentar ada yang ingin aku bicarakan denganmu, kenapa kamu tidak pernah menjawab telp dan sms aku bahkan kalo bertemu kamu malah menghindar dari aku”.

“tidaak apa apa, aku hanya ingin sendiri”.


Budi selalu mendapatkan jawaban seperti itu jika bertemu dengan ijah sampai akhirnya dia merasa lelah sendiri untuk menanyakan hal yang sama kepadanya.

Seiring berjalannya waktu jawaban dari segala macam pertanyaan budi akhirnya terjawab dengan makin dekat dan mesranya hubungan ijah dengan mantan pacarnya tersebut sampai budi menemukan fakta bahwa ijah sudah mengganti nomor telponnya tanpa memberi tau budi.

Makin kesini hubungan ijah dengan mantannya malah semakin mesra dan malah sebaliknya hubungan ijah dengan budi malah makin tidak jelas kemana arahnya. Hal ini lah yang meyakinkan budi bahwasannya apa yang diberitahukan oleh sahabat ijah tentang kabar balikannya ijah dengan mantannya adalah benar. Lalu dianggap apakah selama ini dirinya oleh ijaah pikir budi dalam hati.

Apalah arti kata sayang yang selama ini sering diungkapkan oleh ijah kepadanya kalo pada kenyataanya ijah malah lebih memilih balik ke masa lalunya?

Lalu kemana semua janji janji manis ijah yang sering dia ikrarkan kepada budi kalo hanya untuk diingkari seperti ini?

Apakah ijah hanya menganggap nya sebagai persinggahan sementara agar dia bisa kembali lagi ke masalalunya?

Hanya pertanyaan pertanyaan itulah yang berkecamuk didalam pikiran budi, dia tidak habis pikir orang yang selama ini dia anggap baik malah memberi luka yang mendalam untuknya, orang yang selama ini diperjuangkan olehnya malah berbalik mengkhianatinya. Sampai akhirnya budi berani mengambil kesimpulan kenapa selama ini hubungannya sama ijah tidak pernah ada komitmen dan dibiarkan menggantung, itu tidak lain dan tidak bukan karena memang ijah masih memendam cinta yang dalam untuk sang mantan pacarnya sementara dirinya hanya dijadikan pelarian oleh ijah disaaat ijah tengah patah hati.


Ijah pernah berkata kepada budi, bahwa : “semua akan indah pada waktunya”.

Iyaa memang semua akan indah pada waktunya tapi waktumu dan waktunya bukan waktu ku dan waktu mu apalagi waktu kita, begitu pikir budi.

Mimpi itu akan datang pada waktunya, begitu ucap ijah dilain kesempatan

Iyaa mimpi untuk kamu bersamanya dan dia bersamamu bukan mimpi ku, mimpi mu apalagi mimpi kita, begitu pikir budi mengartikan kata – kata yang pernah diucapkan ijah dulu.


Tapi seorang budi akan tetap menjadi budi yang dikenal oleh orang sebagai pribadi yang tangguh , ceria dan tidak gampang putus asa. Setelah kisah cintanya dengan ijah berjalan diluar skenario seharusnya, budi tetaplah berpikiran positif mungkin baginya ijah akan lebih baik jika tidak bersamanya lagipula jika ijah bersamanya tidak mungkin dia bia membahagiakan ijah seperti mantannya membahagiakannya. Lagipula dia tidak pernah memaksa ijah untuk dapat menerima cintanya baginya cinta sejati adalah cinta yang diberi tanpa mengharapkan timbal balik dari orang yang dicintainya.

Meskipun dia tahu ijah telah memberikan “pelajaran” yang sangat berharga untuknya yang mungkin tidak akan pernah dilupakan olehnya, namun ijah tetap mempunyai sebuah tempat yang sangat rapih dihatinya yang mungkin akan dibiarkan kosong, yang terpenting baginya ijah tahu bagaimana dia mencintainya dan ijah lihat seberapa besar perjuangan dia untuknya, sementara soal ijah yang berpaling dan meninggalkannya biarlah menjadi keputusan diri ijah sendiri. Karena ijah tahu mana yang terbaik untuk dirinya sendiri.
 




Tamat…



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar