RSS

#BukanCerpen : Secretly In Love [ 2 ]




Aku bertarung dengan diriku sendiri dengan hatiku, aku ingin tidak hanya aku yang mengalami siksaan perasaan ini, aku ingin ijah juga mengetahuinya kalo dia adalah sosok yang selama ini aku sayang dan kagumi lebih dari sekedar sahabat. Namun apakah jika aku mengungkapkannya kepada ijah dia juga memiliki perasaan yang sama terhadapku, kalo memang ijah memiliki perasaan yang sama denganku alangkah senangnya aku, lalu kalau tidak bagaimana hubungan persahabatan kami? Semua lamunan ku tentang hal ini berhasil membuaku seperti orang linglung, sampai akhirnya sapri menghampiriku.

“masih memikirkan soal perasaan mu ke ijah bud?”

“iyaa pri, aku bingung jika aku ungkapkan perasaan ku kepada ijah lalu ijah menolak ku gimana hubungan persahabatan aku dengan dia”.

“memangnya kamu sudah bilang kepada dia tentang perasaan mu yang menganggapnya lebih dari sekedar sahabat?”.

“belum sii aku takuut pri”

“takut kenapa?? apaa kamu tidak ingin ijah mengetahui apa yang kamu rasakan? Apa kamu juga tidak ingin tahu bagaimana perasaan dia terhadap mu?”

“mau pri tapi aku takut”

“kamu belum apa – apa saja sudah takut bud, masalah nanti yaa dipikirkan nanti yang terpenting sekarang kamu ungkapkan dulu apa yang ada kamu rasakan kepadanya”.

“tapi pri”

“sudah Sanaa gak usah pake tapi – tapian segala, berdiri lalu ungkapkan kepadanya. Kamu itu lelaki, lelaki itu kalo iya bilang iya kalo pun tidak yaa bilang tidak jangan didepan bilang tidak tapi dibelakang malah kamu menginginkannya, pecundang itu namanya”.

Aku pun berdiri lalu berlalu pergi dari hadapan sapri setelah mendengar apa yang dikatakan olehnya. Sapri benar aku harus mengungkapkan apa yang selama ini aku rasakan kepada ijah mau bagaimana pun tanggapan serta jawaban dari ijah yang jelas aku harus mengungkapkannya aku tidak ingin terus bergelayut oleh perasaanku ini.

Pagi itu aku mencari - nya dipenjuru kampus mulai dari kelas, kantin sampai ruang dosen dan kamar mandi namun ijah belum juga kutemukan batang hidungnya. Tidak seperti biasanya sudah jam segini ijah belum datang kekampus padahal 5 menit lagi kelas pagi ini akan dimulai namun tanda tanda kedatangan ijah belum terlihat, sudah berusaha ku hubungi lewat ponselnya namun belum mendapatkan jawaban dari nya.

Sampai akhirnya pandangan ku tertuju ke sebuah mobil yang baru saja berhenti tepat didepan gerbang kampus ku, dan terlihat seorang laki – laki turun dari dalam mobil tersebut lalu bergegas membuka pintu di bagian kiri, nampaknya lelaki tersebut ingin membuka kan pintu untuk seorang kekasihnya yang kuliah di kampus yang sama dengan ku.

Namun alangkah terkejutnya aku setelah melihat sosok wanita yang baru saja dibuka kan pintu oleh lelaki tersebut, ternyata adalah sosok yang daritadi aku cari, iya wanita tersebut adalah ijah. selanjutnya ijah berpamitan dengan lelaki tersebut dengan mencium tangannya dan tidak lupa lelaki tersebut mendaratkan sebuah ciuman lembut dikening ijah.

Kejadian yang baru saja aku lihat menimbulkan beberapa pertanyaan di pikiranku tentang siapa lelaki tersebut lalu ada hubungan apa dengan ijah kalo memang dia adalah pacar dari ijah kenapa ijah tidak pernah menceritakan perihal lelaki tersebut kepadanya. Padahal selama ini ijah selalu menceritakan semua hal tentang dirinya kepada budi namun tidak soal lelaki tersebut.

“kamu kok belum masuk kekelas bud, bukannya sebentar lagi kuliah dimulai”
Begitu sapa ijah ketika menghampiri ku yang berdiri mematung setelah melihat kejadian tadi, sapaan ijah tersebut lantas membuat ku tersadar dari lamunanku.

“eh iyaa jaah ini mau masuk kok aku menunggu mu tadi soalnya tidak seperti biasanya kamu jam segini belum datang”

“oh iyaa bud tadi ada urusan sebentar soalnya, ayo kita masuk bud nanti terlambat”
Dikelas pertanyaan seputar kejadian tadi masih terus menggelayuti pikiranku sehingga menganggu konsentrasiku, ingin aku mempertanyakan siapa lelaki tersebut kepada ijah namun tidak sampai enak hati aku menanyakan hal tersebut.

“kamu kenapa bud, lagi tidak enak badan yaa daritadi aku lihat kok kamu melamun terus, ada masalah? Coba ceritakan kepadaku barangkali aku bisa membantu mu” ucap ijah ketika memperhatikan sahabatnya yang terus melamun daritadi

“ah tidak kenapa kenapa kok jah, akupun tidak sedang ada masalah mungkin sedang bad day aja hari ini makanya lebih banyak melamun tadi”.

“kita sahabatan bukan satu atau dua hari ini bud, jadi aku tahu kalo kamu lagi ada masalah tapi kalo memang tidak ingin menceritakan masalahmu tersebut, baiklah aku tidak akan memaksa”

“bagaimana kalo nanti kita pergi nonton jah kebetulan aku sedang suntuk dirumah”

“maaf bud bukannya aku tidak ingin pergi denganmu tapi aku terlanjur sudah ada janji dengan orang lain yang tidak mungkin aku batalkan, mungkin lain hari bud”.

Ijah pun berlalu meninggalkan ku yang terpaku mendengar jawaban yang dilontarkan ijah, aku pun jadi penasaran sebenarnya ijah ada janji dengan siapa sehingga berani menolak tawaranku. Ku ikuti perlahan ijah sesaat setelah ia meninggalkan ku, kulihat dia sedang menunggu seseorang untuk menjemputnya tepat didepan gerbang kampus. Tidak lama kemudian datanglah mobil yang sama dengan mobil yang mengantarkan ijah tadi pagi tentu dengan orang yang sama pula didalam mobil tersebut. Ku hentikan untuk mengikuti mereka setelah mereka perlahan – lahan pergi meninggalkan gerbang kampus, aku pikir sia sia juga, untuk apa aku mengikutinya kalo nanti hanya malah bikin aku makin penasaran.

Seharian itu aku tidak henti hentinya memikirkan ijah dan kejadian kejadian hari ini yang aku lihat tepat didepan mata kepalaku. Meskipun aku tau disana ijah sedang bersenang – senang bersama lelaki tersebut dan belum tentu ijah juga memikirkan aku seperti aku memikirkan dia.

Memikirkan seseorang yang belum tentu memikirkan kita memang sakit, tapi itulah cinta sesakit apapun itu akan terasa manis ketika kita mulai terserang virusnya. Cinta terkadang memang selalu bertolak belakang dengan logika saat kita terkena virusnya logika kita seakan – akan mati dibuatnya, hanya perasaan cinta yang tumbuh didalam pikiran tanpa ada logika.

Esok harinya ku temui ijah, aku bermaksud untuk mengungkapkan semua hal yang selama ini aku pendam dan simpan rapat – rapat karna aku akui sudah tidak kuat aku menahan ini terlalu lama, biarlah ijah mengetahui bagaimana sesungguhnya perasaanku terhadapnya meskipun aku tahu bagaimana resiko nya nanti tapi nampaknya hanya ini yang akan membuat hari hari ku terasa normal kembali.

Ku tunggu ia tepat didepan pintu gerbang sebelum masuk kekampus namun setelah sekian lama ia tak kunjung nampak sampai akhirnya aku melihat mobil yang sama seperti apa yang aku lihat kemarin dan kembali turun sosok lelaki yang sama dengan yang ku lihat kemarin meskipun hanya melalui kaca karna rupanya kali ini lelaki tersebut enggan turun dari mobilnya. Lalu dari dalam mobil tersebut keluarlah sosok yang memang sedang ku tunggu kedatangannya, yaitu ijah setelah berpamitan dengan lelaki yang ada didalam mobil tersebut ijah pun menghampiriku.

“sedang apa kamu bud berdiri disini”

“aa…aku sedang menunggu jah”.

“menunggu ku? Tumben sekali biasanya juga kamu kalo menunggu ku didalam bukan didepan gerbang begini”

“iyaa jah ada hal penting yang aku ingin katakana kepada – mu”

“hal penting? Hal penting apaa ?”

“siapa lelaki itu jah, lelaki yang dari kemarin aku lihat menghantar jemput mu”

“memangnya kenapa bud?”

“kamu tidak pernah menceritakan tentang lelaki tadi kepadaku, ada hubungan apa kamu dengan dia?”

“kamu itu bertanya atau sedang berusaha untuk menghakimiku”.

“sudah jawab saja, siapa lelaki itu!”

“apa apaan sii kamu bud, kenapa jadi maksa begitu”

“SUDAH JAWAB SAJA SIAPA LELAKI ITU!!”

“bud…. Kamu keterlaluan”

Aku melakukan kesalahan terbesar dalam hidupku, aku sudah membuat ijah menangis karna nada bicara ku yang tinggi dan agak memaksa kepada ijah barusan, setelah perkataan ku yang terakhir tadi ijah menangis dan perlahan pergi menjauhi tempat kami berbicara tadi. Aku menyadari kesalahan tersebut, aku dilanda cemburu yang begitu hebat kepada orang yang belum resmi mempunyai status hubungan denganku, maka tidak salah kalo sampai ijah menangis dan pergi meninggalkanku.

Setelah kejadian tersebut hubunganku dengan ijah agak merenggang berkali – kali ku sambangi ia dikelas sampai dirumah sekalipun namun tetap saja ijah belum ingin bertemu denganku, aku maklum mungkin ia belum bisa memaafkan perbuatanku tempo hari, aku pun tidak bisa melakukan apa apa selain meminta maaf kepadanya namun ucapan maafku ditanggapi dingin olehnya. Setiap kali aku berjalan dikampus lalu bertemu dengannya aku mencoba untuk berbicara dengannya namun ia selalu menolak dengan berbagai alasan. Aku tau ia masih sangat kecewa atas tindakanku beberapa hari lalu terhadapnya. Namun semua perlakuan sikapnya kepadaku tidak membuatku lantas menyerah untuk meminta maaf kepadanya dan membuat persahabatan kami seperti dulu, berbagai cara aku lakukan untuknya setidaknya agar ia mau memaafkan ku.





Bersambung..,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar