Siang itu aku melihatnya
duduk terpaku disudut lorong kelas ini, raut wajahnya menampakan kebingungan
yang mendalam yang mungkin tengah ia rasakan inginku hampiri dirinya untuk
sekedar bertanya apa gerangan yang sedang terjadi menimpa dirinya sehingga
tertampak jelas diwajahnya raut kebingungan namun ego ini terlalu kuat untuk
menahan niatku tersebut.
Namanya ijah wanita yang
tidak sengaja ku kenal dalam keadaan dan tempat yang tidak direncanakan pada
awalnya, namun pertemuan singkat tersebut menyisakan berjuta kesan yang sangat
mendalam sekaligus sulit untuk kulupakan sampai beberapa hari setelah kejadian
tersebut. Bukan karna kelembutan sikapnya yang membuat ku terkesan kepadanya di
awal perjumpaan aku dengan ijah justru karna keangkuhan dia pada saat itu yang
membuatku penasaran oleh sosoknya.
Selang beberapa waktu
kemudian aku berusaha mencari tahu tentang ijah dengan bertanya kepada
sahabatku dikampus, meskipun ijah satu kampus denganku namun aku tidak pernah
melihat dirinya dan baru saat kemarin aku melihat dirinya mungkin karna aku
yang kurang pergaulan atau memang ijah yang tidak mau bergaul denganku.
Entahlah…
Setelah mengetahui info
tentangnya mulai dari jurusan, kelas, hobi, ukuran sepatu, zodiak, warna
kesukaan, makanan dan minuman favorit dan yang paling terpenting adalah nomor
telpon serta akun media sosial. Memang begitulah aku saat aku dibuat penasaran
oleh seseorang aku tidak tanggung tanggung untuk mengetahui semua informasi
tentangnya bukan untuk apa – apa, bukan utnuk mendekatinya melainkan hanya
mencari kesamaan Antara aku dengannya siapa tau diantara kami ada beberapa
kesamaan yang menunjukan kalo kita itu jodoh.
Setelah ku dapati semua
informasi tentangnya aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, mencoba
menghubunginya namun aku tidak berani karna aku belum terlalu mengenalnya nanti
dikiranya aku sok kenal atau apalah, lalu pernah berpikir untuk melupakannya
dengan cara menghapus nomor telpon yang kudapat dari temanku namun terlalu
sayang kalo untuk ku hapus akhirnya nomor itu hanya menjadi pelengkap di
phonebook ku saja.
Setelah berpikir lama aku
menemukan cara termudah dan ter-ngetrend saat ini untuk mulai mendekatinya
yaitu dengan cara men-stalk akun twitternya. Aku mencari tau tentang dirinya
lewat akun twitternya memang meskipun tidak semua yang ditweet atau diretweet
oleh akun twitter seseorang menggambarkan kepribadian orang tersebut tapi
setidaknya akun tersebut dapat memberikan informasi tentang bagaimana gambaran
karakter tentang si pemilik akun.
Kini aku mempunyai hobby
baru yaitu men-stalking akun twitter miliknya padahal aku sudah mempunyai nomor
telponnya di ponsel ku namun aku tidak berani untuk menghubunginya, geram hanya
bisa men – stalking nya akupun memutuskan untuk memfollownya dan menulis
mention kepadanya “folbek eaaa” sambil berharap dia memfollow balik akun
twitter milikku.
Selang beberapa hari
kemudian ada balasan darinya dan tanpa diduga dia masih mengingatku dengan
mengatakan aku pria menjengkelkan yang waktu itu bertemu dengannya di gurun
pasir. Aku pun sumringah karna ternyata dia masih mengenali ku meskipun dengan
label “pria menjengkelkan” tadi tapi tak apalah mau apapun itu labelnya dia
masih ingat denganku saja aku sudah senang.
Hari demi hari aku mulai
akrab dengannya ternyata dia orang yang sangat menyenangkan buatku dan baginya
aku juga seorang pria yang sangat menyenangkan, namun percakapan kami waktu itu
hanya sebatas lewat media sosial saja karna pada saat itu rasa egoku masih
tinggi untuk menghubunginya secara personal melalui pesan singkat (sms)
misalnya. Karna mauku adalah dia yang menghubungiku secara personal bukan malah
aku yang menghubunginya walaupun yang laki – laki adalah aku namun aku cuma mau
tau seberapa besarnya dia juga ingin lebih dekat denganku seperti aku yang
ingin lebih dekat dengannya.
Akhirnya disatu kesempatan
dia meminta nomor hape ku alasannya agar percakapannya bisa lebih privasi karna
kalo melalui media sosial banyak orang yang bisa membaca juga dan tidak enak
merusak fungsi dari media sosial itu sendiri yang tadinya berfunsgi sebagai
alat sosial untuk bersosialisasi dengan orang banyak malah hanya menjadi
percakapan Antara aku dengannya yang sebenarnya bisa menggunakan media yang
lebih pribadi tidak dengan media sosial.
Setelah transaksi tukar
menukar nomor telpon terjadi hubungan ku dengannya menjadi lebih intensif, ijah
ini tipe cewek yang nyaman banget buat diajak ngobrol, rambutnya yang terurai
panjang sebahu buat kecantikannya meningkat 69% sementara aku adalah sosok yang
menyenangkan dimata ijah itu terbukti apapun masalah yang ijah sedang hadapai
seketika hilang ketika ijah sudah meluapkannya kepadaku.
Aku jatuh cinta mulai dari
tatapan matanya, senyuman indah diwajahnya sampai cara dia menanggapi bagaimana
aku berbicara, iya aku jatuh cinta terhadapnya aku suka dengan semua anugerah
yang telah Tuhan titipkan kepadanya, begitu ujarku dalam hati menanggapi
perasaan yang tersimpan didalam hati ini.
Namun aku pun tidak tahu
apakah ijah juga memiliki perasaan yang sama dengan apa yang aku rasakan
terhadapnya. Memang hubungan aku dengan ijah sangat dekat bahkan bisa dikatakan
lebih dari sekedar teman biasa namun belum ada status diantara aku dengannya,
aku pun tidak mengetahui apakah saat ini ijah sedang menjalin hubungan dengan
orang lain selain aku karena ijah tidak pernah menceritakan soal tersebut dan
aku pun tidak pernah menanyakan soal tersebut kepada ijah karena aku tidak mau
merusak hubungan persahabatan kami, meskipun dalam hati ini sangat ingin
menanyakan perihal tersebut namun rasa sayang ku yang begitu besar
menghalangiku untuk menanyakan soal tersebut kepadanya, buatku bisa berada
disamping ijah saja sudah menjadi kesenangan tersendiri untukku tapi entah
bagaimana dengan ijah.
Pernah ku mencoba
menceritakan perihal perasaan ku terhadap ijah kepada teman – teman ku untuk
mencari solusi dan saran untuk perasaan yang sedang aku alami ini, dan iyaa
jawaban mereka sama yaitu perasaan ku harus diucapkan kepada ijah kalo tidak
bagaimana ijah tau dengan apa yang aku rasakan kepadanya.
“tidak mungkin kan ijah
yang mengungkapkan perasaannya terlebih dulu kepadamu, iya kalo dia punya
perasaan yang sama terhadap mu lalu kalo tidak bagaimana? Apa kamu ingin
memendam sendiri perasaan tersebut dan biarkan dirimu tersiksa atau kamu
ungkapkan perasaan tersebut dan biarkan ijah mengetahuinya, soal jawaban dari
ijah tidak usah kamu pikirkan karna itu menjadi urusan dirinya sendiri”. Begitu
ucap sapri salah satu temanku yang memberi masukan kepadaku agar sebaiknya aku
mengungkapkan perasaanku terhadap ijah.
Semua cinta itu harus diungkapkan, tidak ada cinta yang tidak
diungkapkan kecuali oleh orang yang terlalu mencintai dirinya sendiri
Berulang kali ucapan sapri
menggelayuti pikiranku, bingung juga aku dengan orang yang satu itu, meskipun
terkadang dia suka melakukan hal diuar nalar manusia normal kebanyakan namun
disaat aku membutuhkan nasihatnya entah kenapa nasihat darinya itu selalu
menggelayut dipikiranku minta untuk dilakukan segera.
Hari – hari berikutnya
saat aku bersama dengan ijah saran dari budi ini terus saja menghantui diriku,
ingin aku lakukan saran darinya namun ada rasa ragu sendiri didalam hati ku.
Aku bukan ragu akan perasaanku dengannya namun aku ragu terhadap diriku sendiri
apakah aku nanti siap mendengar jawaban yang tidak seharusnya aku dengarkan
yang keluar dari mulutnya.
Aku pencundang! aku
terlalu takut untuk mengungkapkan apa yang selama ini aku rasakan. Aku aku….
Ahh akuuu..
Hanya itu yang bisa ku
lakukan dalam hati, menyesali ketidakmampuanku mengungkapkan apa yang aku rasakan
terhadap ijah. Memang saat berdua dengannya aku tidak pernah menunjukan sikap
yang dapat menggambarkan kalau aku menaruh rasa terhadapnya pantas saja kalau
ijah pun tidak menyadarinya namun aku juga tidak bisa menyalahkan ijah karna
ini memang semata – mata ketidakberanian ku saja untuk mengutarakan semuanya.
Aku terlalu takut untuk
mengambil resiko kalau kalau ijah tidak menaruh rasa yang sama, aku terlalu
takut jika aku mengungkapkan perasaanku tersebut dan ijah hanya menganggapku
sebagai sahabatnya itu akan berdampak terhadap hubungan persahabatan ku dengan
ijah. Lagipula hubunganku dengan ijah sudah terlalu dekat, meskipun hanya
sebagai sahabatnya itu yang membuatku sungkan untuk mengungkapkan semuanya.
Bersambung,,
0 komentar:
Posting Komentar