Apa kabar tuan?
Saat ini pasti engkau sudah tenang dan bahagia di sisi-Nya.
Saya yakin itu.
Tuan,
Maafkan saya yang masih acap kali menangis jika melihat dan mengenang saat-saat engkau masih ada di sini, di tengah-tengah kami.
Termasuk saat menulis surat ini.
Saya pernah beberapa kali melantunkan do'a menjelang tidur saya, berharap bahwa esok pagi saya dibangunkan oleh engkau dan berharap semua ini hanya mimpi, tapi saya sadar itu sia-sia.
Maaf, saya acap kali melakukan hal yang sia-sia dan tak berguna.
Tuan, kau tau?
Banyak hal yang belum bisa saya berikan kepadamu, banyak mimpi dan cita-cita saya yang saya presentasikan di depan tuan dengan sangat antusias tapi belum bisa saya realisasikan sebelum tuan pergi.
Saya tidak menyalahkan siapa-siapa dalam peristiwa ini. tapi, tidak-kah tuan dapat sedikit bertahan untuk mendampingi dan melihat saya meraih apa yang saya inginkan dan dapat tuan banggakan?
Maaf, sekali lagi saya melakukan hal yang sia-sia dan tak berguna.
Rumah ini terlihat sepi selepas kepergian mu tuan.
Walaupun dahulu juga terlihat sepi jika engkau pergi, tapi tidak sesunyi seperti saat ini.
Ketahuilah, rumah yang dahulu terasa begitu sempit untuk kita huni bersama, sekarang justru terasa sangat luas, namun sepi.
Bangku panjang itu rindu dengan rebahan dan aroma tubuhmu tuan.
Rumah ini butuh sedikit "kejahilan" dari pikiran dan tangan-mu tuan.
Bahkan saya rasa, ibu pun rindu dengan sikap "jahil" mu terhadapnya.
Oia, bicara soal ibu, saya luar biasa kagum kepada-nya. Ibu sosok yang sangat tegar, meskipun saya tahu beliau adalah orang yang paling kehilangan engkau tuan, tapi beliau tidak pernah memperlihatkannya di depan saya.
Sesekali saya hanya mendengar beliau menangis terisak saat namamu dilantunkannya di dalam do'a.
Tidak salah engkau memilih wanita untukmu dan untuk saya serta kedua kakak saya, terima kasih tuan.
Bagaimana keadaan tuan sekarang? Saya tidak pernah menganggap tuan telah tiada. Anggapan saya, tuan hanya sedang pergi menuju ke suatu tempat yang -entah dinamakan apa- tapi yang jelas pasti tempat terbaik yang telah disiapkan oleh Tuhan untuk tuan.
Tuhan sangat sayang kepada tuan, bahkan sayangnya Dia melebihi sayang kami kepada tuan.
Maafkan saya yang tidak bisa menjaga dan merawat tuan dengan baik saat tuan masih ada di sini, di tengah-tengah kami.
Maafkan saya yang belum bisa membanggakan tuan dan membuat tuan menunggu lama hingga akhirnya memutuskan untuk pergi.
Maafkan atas segala kesalahan saya selama ini kepada tuan. Kenakalan dan keteledoran saya, saya yakin telah banyak merepotkan tuan.
Selamat beristirahat dengan tenang di sana, di sisi-Nya.
Do'a dari kami senantiasa mengiringi mu tuan.
18 komentar:
Jadi terharu habis ngebacanya.
Salam Blogger.
Terima kasih kak
Salam blogger
tetep semangat!
Ikut sedih bacanya...
Ga tau gmna rasanya ditinggal orang yg kita sayangi. Pasti kangen bnget tuh..
Pasti kak
Pasti kak, apalagi orangtua hehe
duh trenyuh bacanya, kuatkan hatimu mas, tegarlah.
Hehe iyaa mas pasti
Terima kasih
hikzzz, yang begini ini bikin saya mewek sore-sore begini.
salam kenal, ya. kunjungan perdana
Heheh makasih mas
Salam kenal
Jadi terharu membacanya, yang sabar dan tetap tegar ya mas....
Iyaa mas pasti.
Terima kasih
terharu bacanya... jadi kangen bapak juga... hehe
Terima kasih
Merinding gue bacanya
Terima kasih
ayah memang selalu membuat rindu.
harus banyak2 bersyukur :")
Iyaa mas, dijaga selama beliau masih adaa sebelum nantinya menyesal :'D
Posting Komentar