RSS

Tidak enakan

Minggu lalu, saya debat dengan dosen. Alasannya sepele, teori saya dengan teori beliau berbeda.


Kalau dikatakan berbeda, jelas.

Karena referensi buku yang kita baca pun  berbeda. Tapi teori yang kami (saya dan beliau) paparkan secara substansi sama, ada benang merahnya di sana.
Tapi beliau mengatakan kalau saya salah dan beliau benar.



Padahal beliau cowok, bukan cewek.

**

Kita hidup pada zaman dimana, cewek dan orang yang lebih "dewasa" dari kita selalu benar dan kita yang dianggap lebih "kecil" salah.


Teori yang saya yakin berasal dari budaya Indonesia yang memang manusianya punya sifat ke-tidak-enak-an.

Tapi justru ke-tidak-enak-an inilah yang membuat kita benar-benar tidak enak.


Maksudnya gimana?


Maksudnya gini, ketika kita punya sifat tidak enakan, kita tidak akan berani melakukan apa yang kita suka atau seperti kasus saya tadi.

Kalau saya punya sifat tidak enakan, saya tidak akan mendebat dosen saya, saya pasti anggap dia benar dan saya serta buku yang saya baca salah.

Tapi itu tidak saya lakukan, kenapa?


Saya beranggapan, mau siapapun dia atau se-"dewasa" (dalam hal usia) apapun dia ketika dia salah, katakan salah. Jangan ketika memang dia salah lalu kita menganggap dia benar, dan ikut membenarkan. Kemudian baru ketika ngobrol dengan teman sebaya kita membahas hal yang salah tersebut kemudian beranggapan bahwa dia yang benar tadi adalah salah, dan sebaliknya kita yang benar.

Kan gak guna.


Pola pikir yang seperti ini juga yang membuat kita yang dianggap "kecil" ketika berargumentasi dengan orang yang lebih dewasa malah dicap sok tahu, atau malah sering dibilang "tau apa sih anak kecil, udah diam aja"

*laah...



Benar atau tidaknya seseorang ketika berargumentasi kan tergantung dari pola pikirnya dia, tidak ada sangkut pautnya dengan usia.

Seseorang dikatakan salah atau benar ketika berucap atau berpendapat kan tergantung bagaimana dia menyikapi dan memandang dari sudut mana tentang apa yang diucapkannya.

Ucapannya sesuai atau tidak, dapat dipertanggung jawabkan atau tidak, begitu bukan?

Jadi tidak ada sangkut pautnya dengan usia orang tersebut.


Makanya seseorang dikatakan dewasa itu bukan tergantung dari seberapa banyak dia telah menghabiskan waktu di dunia ini.

Melainkan kedewasaan seseorang itu dilihat dari bagaimana cara dia berpikir, pola pikir dia itu bagaimana.

Bukan dari usia kecil atau tuanya, seseorang dapat dikatakan dewasa.


Buktinya banyak kan yang lebih tua tapi tetap saja punya pikiran seperti anak kecil, begitu juga sebaliknya.



Di sini saya hanya ingin katakan, pola pikir seperti tadi harus dihilangkan. Sifat-sifat ke-tidak-enak-an harus diminimalisir, karena memang tidak enak kalau kalian punya rasa ke-tidak-enak-an.

Pola pikir kalau yang "dewasa" selalu benar dibanding kita yang lebih "kecil", harus kita hilangkan. Selama kita punya argumentasi yang dapat dipertanggung jawabkan, ketika dia (yang lebih dewasa) salah, katakan salah.
Tapi kalau memang benar, yaa katakan benar. Jangan ketika dia benar kita malah salahkan.


Tetapi masih dalam koridor saling menghormati yah, karena kan kita hidup harus saling-menghormati walaupun berbeda pendapat.



Karena memang hanya Tuhan dan cewek yang selalu benar.

Loh kenapa cewek?

Iya karena kalau cewek salah, tetap cowok yang disalahkan. Dan, ketika sii cewek salah, kalimat ajaib yang muncul dari mulutnya seketika akan membuat cowok minta maaf dan mengaku salah.


Iyaa, karena semua cowok sama ajaaaaaa..

Kita putus, bye!

Iyaa-iyaa maaf aku yang salah, kita jangan putus dong.


Nah kan!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Imajinasi

Ada masa dimana kita lagi gak pengin diganggu siapa-siapa, cuma hanya butuh waktu untuk sendiri, menyendiri, kemudian merenung.


Bukan, bukan karena lagi ada masalah.

Tapi ada masa dimana kita bosan dengan hal-hal di sekitar kita.

Entah teman, pasangan, tugas kuliah, maupun pekerjaan rumah.

Jujur, saya sering merasakan seperti itu.

Bosan dengan hal-hal yang itu-itu ajaa.

Tugas yang datang bertubi-tubi padahal sudah dikerjakan tapi tak habis-habis juga. 

Atau, dengan canda-candaan yang tak pernah berubah hari demi hari dengan pola yang sama.


Kalau sudah datang keadaan seperti itu, menyendiri, kopi, serta senja sore hari adalah pilihan tepat untuk saya menghabiskan waktu dengan diri sendiri.

Tak jarang, novel fiksi adalah alternatif untuk mengasah imajinasi agar tak mati.

**
Saya sering berkhayal dengan kehidupan bumi sampai beberapa puluh tahun ke depan.

Dimana tidak ada lagi udara sehat yang bisa manusia hirup.

Karena apa?

Karena langit-langit bumi bukan hanya akan diisi dengan pesawat terbang, tapi sudah menjadi milik mobil terbang.

Dan hutan-hutan yang menjadi sumber oksigen serta sumber kehidupan akan berubah menjadi "pohon-pohon" pencakar langit yang berlomba untuk menjadi yang tertinggi di kolong langit.

Lalu kalau begini, bagaimana nasib anak dan cucu saya kelak? Padahal dunia ini adalah warisan untuk mereka.

Apakah mereka nanti masih bisa menghirup udara bebas seperti saya saat ini?
Yaa walaupun saat ini udara yang saya hirup tidak juga bagus dan sehat karena sudah tercemar dengan polusi yang berasal dari kendaraan yang ada di darat saat ini.

Lalu bagaimana dengan jika benar ada mobil terbang pada beberapa dekade ke depan? Tidak dapat saya bayangkan.

Saya selalu percaya bahwa ada kehidupan lain di luar planet bumi, saya percaya Tuhan menciptakan ribuan atau bahkan jutaan planet serta galaksi dan tidak hanya bumi yang dapat di huni oleh manusia.

Kalau memang ada, di mana dan bagaimana cara untuk mencapai ke sana?
Wallahu aalaam..

**
Saat sendiri saya memang suka berimajinasi dengan berbagai macam hal. Tujuannya hanya satu agar saya tak melulu mengandalkan logika dalam berpikir. Kadang kita tidak harus selalu menggunakan logika dalam menjalani kehidupan, bukan?

Bukan apa-apa, takutnya ketika terlalu mengandalkan logika dalam hidup kita jadi orang yang selalu beranggapan atau merasa paling benar.

Padahal hidup bukan tentang mencari siapa yang benar dan salah, bukan?



Di hadapan saya saat ini, ada kopi dan novel fiksi.

Iya, saya sedang menyendiri karena bosan dengan diri sendiri.

Saya mau menenggelami novel fiksi agar bisa menjadi orang lain dalam diri sendiri.
Buat saya, cara itu adalah baik agar kita selalu bisa mensyukuri nikmat yang telah diberi.

Ketimbang hanya ngeluh sana-sini atau menyalahi hidup yang telah diberi, padahal masalah utama terletak pada diri sendiri.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TAKUT!

Ada beberapa hal dalam hidup yang saya takutkan.



Ketinggian, kecoa terbang, dan kehilangan salah satunya.


Poin pertama dan kedua tidak akan saya bahas, karena saya tidak tertarik membahasnya. Apa yang menarik dan dapat dijadikan pembelajaran dari seorang lelaki yang takut ketinggian dan juga kecoa terbang?

Kurang macho sepertinya.

Saya tidak ingin mempermalukan diri saya di depan kalian.

Hahaha!



Kehilangan.

Adalah yang akan saya bahas kali ini..


Saya sadar hidup saya di dunia ini tidak kekal, begitu juga kalian.



Di bumi yang saya rasa -sudah jauh dari sehat- dalam opini saya, banyak hal yang harus saya jaga untuk dapat menjadi "manusia sehat". Terutama akal dan iman.


Beberapa waktu lalu, saya baru saja kehilangan satu orang yang paling berarti dalam hidup saya. Seseorang yang selalu mendukung saya dan saya jadikan idola dari kecil sampai saat ini. Orang yang tidak pernah lupa untuk memberikan motivasi dan semangat kepada saya untuk dapat meraih apa yang saya impikan.


Iya, dia adalah ayah saya.


Kehilangan seorang ayah dalam hidup, membuat saya mau tidak mau harus banyak belajar untuk dapat melebihi pencapaian beliau selama masih hidup. Masih banyak yang harus saya perjuangkan untuk dapat membahagiakan kedua kakak dan ibu saya tentunya.



Saat ini saya berpacu dengan waktu sambil berdo'a kepada Tuhan semoga mereka masih sabar dan diberikan kesehatan untuk dapat melihat saya membanggakan mereka.



Banyak hal yang saya khawatirkan saat ini, bumi yang makin tua dengan manusia di dalamnya yang sudah tidak dapat saya  pikir lagi dimana akal dan hati nuraninya. Membuat saya cemas kalau-kalau saya kehabisan "waktu" sebelum sempat membahagiakan dan membanggakan mereka.


Saya hanya tidak ingin kehilangan waktu, kesempatan, serta orang-orang yang saya sayangi di sekitar.


Tapi saya sadar, di atas sana Tuhan sudah mempersiapkan dan mengatur semuanya.


Tidak sepantasnya saya menunggu atau membiarkan mereka menunggu untuk dapat "melihat" saya. Toh kalau saya mampu kenapa tidak mulai dari sekarang untuk dapat membuat mereka bahagia karena dan bersama saya.


**
Kehilangan.


Saya rasa tidak hanya saya yang takut akan kehilangan, beberapa manusia lain juga pasti merasakan takut kehilangan. Apalagi berbicara tentang kehilangan orang yang disayangi, mulai dari keluarga, sahabat, ataupun "orang dekat".


Kehilangan tak sepantasnya ditakuti, malah sebaliknya harus dijadikan pembelajaran agar tak terus berkutat dalam kesedihan yang mendalam.


Banyak dari mereka yang menjadikan kehilangan sebagai kambing hitam dalam  hidup yang dijalankan.


Ketakutan akan kehilangan wajar menurut saya. Tapi tidak sepantasnya menjadikan kita lupa kalau bahwasannya hidup itu terus berjalan.

Akan ada yang selalu datang dan pergi, akan ada yang selalu hadir dan kembali.

Bahwasannya, itu semua sudah diatur oleh Tuhan.


Percayalah, dari beberapa kehilangan kita akan dapat banyak pelajaran yang sangat berguna. 


Dalam beberapa kehilangan, Tuhan sudah menyiapkan "pengganti" yang lebih dari sebelumnya.


Kalau kalian tidak percaya?

Sudah percaya saja.


**
Kehilangan telah banyak memberikan pelajaran bagi saya.

Tentang pergi dan datang.
Hadir dan kembali.

Telah menyadarkan saya, bahwasannya hidup tidak selamanya -apa maunya kita- karena memang semua sudah ada yang mengatur.


Kita hanya perlu menjalankan hidup sesuai dengan seharusnya, dengan sikap saling toleransi antar manusia walaupun berbeda agama, ras, suku, dan budaya.

Serta jangan lupakan hubungan kita dengan Tuhan, karena bagaimana-pun kita hidup di dunia hanya sementara.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kepada Tuan Penunggu

Apa yang sedang kau lakukan di sini, tuan?


Mengawasi dan hanya menunggu dia datang kepadamu?

Sadar!

Bagaimana dia bisa tahu kalau ada seseorang yang sedang menunggu dan mengawasinya sambil berharap tentunya, sementara tuan sendiri tidak pernah berani muncul di hadapannya.

Tuan bukankah tuan begitu amat menyayanginya?

Kalau begitu, beranikan diri tuan untuk muncul di hadapannya, berikan apa yang tuan punya lalu kemudian ungkapkan.

Bukan hanya mengawasi dia dari kejauhan sambil berharap dia tahu.

Tuan terlalu sayang terhadap dia atau memang tuan terlalu sayang terhadap diri sendiri?


Sadarlah tuan.


Cinta itu harusnya diungkapkan.


Kalau tuan takut dia tidak memiliki perasaan yang sama dengan apa yang tuan rasakan, atau memang jika tuan takut dia tidak membalas cinta tuan, memangnya kenapa?


Belum saja tuan muncul lalu mengutarakan tapi sudah punya ketakutan yang tak akan pernah habis jika tuan pikirkan.



Coba bayangkan, tuan!



Jika saja tuan muncul lalu mengutarakan dan dia memberikan tuan kesempatan untuk dapat membuktikan apa yang sudah tuan ucapkan.

Apa tuan tidak ingin?



Berhentilah mencemaskan ketakutan yang sebenarnya dapat tuan taklukan.

Berhentilah mencemaskan ke-tidak mungkin-an yang sebenarnya dapat tuan jadikan, tentunya dengan sedikit kemauan dan perjuangan.

Satu lagi, pengorbanan!




Segerakan dan usahakan ke-tidak mungkin-an jangan hanya di-semoga-kan.



Keluar dari persembunyianmu tuan, jangan hanya berdiam diri di sana.

Menunggu adalah sesuatu hal yang membosankan. Sekalipun engkau telah terbiasa.



Tuan, satu hal yang harus kau tau.



Orang akan lebih pintar menasehati dan memberi masukan kepada orang lain tapi tidak untuk dirinya sendiri. 


Saat dihadapkan kepada hal yang sama dia pasti akan kesulitan dan membutuhkan masukan orang lain, termasuk masukan dari-mu tuan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Setengah Lima

Ada sebagian hal yang hilang selepas kamu pergi.

Entah apaa...
Tapi, bagi saya saat ini yang ada hanyalah hitam dan putih saja. Kelabu tepatnya.


Roda kehidupan seakan berhenti sejenak, membuat kenangan dalam pikiran seakan enggan beranjak.

Saya telah jatuh.

Terperosok lebih tepatnya.


Suara Bisikan Hanyut
Dalam pengikis bunga layu
Sampai aku akhirnya merasakan

Mati suri di taman
Mati suri di taman


Yaa, saya bagaikan mati suri.


Bernyawa tapi "tak ada".

Bergerak tapi tak tentu arah.




Pukul setengah lima.


Senja sebentar lagi tiba, tidak ada yang istimewa dari senja sore ini. Warna-nya tak lagi jingga.



Atau karena kamu yang telah tiada yang membuat senja tak lagi istimewa.



Biarkan rasaku yang menggarang

Menjamah sedu ayu meluangkan waktumu

Dan kau suka


Mati suri di taman
Mati suri di taman
Mati suri di taman






Inspirasi : Sore - setengah lima

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Surat Untuk Ayah

Apa kabar tuan?

Saat ini pasti engkau sudah tenang dan bahagia di sisi-Nya.
Saya yakin itu.


Tuan,
Maafkan saya yang masih acap kali menangis jika melihat dan mengenang saat-saat engkau masih ada di sini, di tengah-tengah kami.
Termasuk saat menulis surat ini.

Saya pernah beberapa kali melantunkan do'a menjelang tidur saya, berharap bahwa esok pagi saya dibangunkan oleh engkau dan berharap semua ini hanya mimpi, tapi saya sadar itu sia-sia.

Maaf, saya acap kali melakukan hal yang sia-sia dan tak berguna.


Tuan, kau tau?
Banyak hal yang belum bisa saya berikan kepadamu, banyak mimpi dan cita-cita saya yang saya presentasikan di depan tuan dengan sangat antusias tapi belum bisa saya realisasikan sebelum tuan pergi.


Saya tidak menyalahkan siapa-siapa dalam peristiwa ini. tapi, tidak-kah tuan dapat sedikit bertahan untuk mendampingi dan melihat saya meraih apa yang saya inginkan dan dapat tuan banggakan?

Maaf, sekali lagi saya melakukan hal yang sia-sia dan tak berguna.



Rumah ini terlihat sepi selepas kepergian mu tuan.
Walaupun dahulu juga terlihat sepi jika engkau pergi, tapi tidak sesunyi seperti saat ini.

Ketahuilah, rumah yang dahulu terasa begitu sempit untuk kita huni bersama, sekarang justru terasa sangat luas, namun sepi.


Bangku panjang itu rindu dengan rebahan dan aroma tubuhmu tuan.
Rumah ini butuh sedikit "kejahilan" dari pikiran dan tangan-mu tuan.
Bahkan saya rasa, ibu pun rindu dengan sikap "jahil" mu terhadapnya.


Oia, bicara soal ibu, saya luar biasa kagum kepada-nya. Ibu sosok yang sangat tegar, meskipun saya tahu beliau adalah orang yang paling kehilangan engkau tuan, tapi beliau tidak pernah memperlihatkannya di depan saya.

Sesekali saya hanya mendengar beliau menangis terisak saat namamu dilantunkannya di dalam do'a.

Tidak salah engkau memilih wanita untukmu dan untuk saya serta kedua kakak saya, terima kasih tuan.




Bagaimana keadaan tuan sekarang? Saya tidak pernah menganggap tuan telah tiada. Anggapan saya, tuan hanya sedang pergi menuju ke suatu tempat yang -entah dinamakan apa- tapi yang jelas pasti tempat terbaik yang telah disiapkan oleh Tuhan untuk tuan.


Tuhan sangat sayang kepada tuan, bahkan sayangnya Dia melebihi sayang kami kepada tuan.





Maafkan saya yang tidak bisa menjaga dan merawat tuan dengan baik saat tuan masih ada di sini, di tengah-tengah kami.


Maafkan saya yang belum bisa membanggakan tuan dan membuat tuan menunggu lama hingga akhirnya memutuskan untuk pergi.


Maafkan atas segala kesalahan saya selama ini kepada tuan. Kenakalan dan keteledoran saya, saya yakin telah banyak merepotkan tuan.




Selamat beristirahat dengan tenang di sana, di sisi-Nya.

Do'a dari kami senantiasa mengiringi mu tuan.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tentang Hidup

Ada beberapa hal yang tidak bisa dipaksakan di dunia ini, kita salah satunya.

- faisal reza (@monstreza)

Ada beberapa hal yang memang tidak dapat dipaksakan di dunia, namun sangat layak untuk diberi kesempatan.
- dewi "dee" lestari.


Hidup memang kadang tak serencana apa yang kita rencanakan, beberapa kejadian malah seringkali diluar ekspektasi kita.

Apa yang kita rencanakan, harapkan, dan impikan malah kadang tak pernah sejalan beriringan. Beberapa, terkadang malah harus mengorbankan hal yang satu untuk mendapatkan hal lainnya.

Tapi bukankan itu substansi dari kehidupan?

Hidup ini yang "katanya" adalah pilihan selalu "memaksa" kita untuk dapat memilih apa yang benar-benar kita butuhkan dibanding yang kita inginkan. 

Karena memang, apa yang kita inginkan kadang sama sekali tak dibutuhkan, begitu pun sebaliknya, apa yang dibutuhkan cenderung tak diinginkan malah tak tersirat di dalam pikiran.


Lalu kemudian terjadilah penyesalan.,,



Pengorbanan dan perjuangan memang selalu dibutuhkan untuk mengarungi kehidupan. Kita jelas tidak ingin jadi pecundang di kehidupan yang "sengaja" Tuhan ciptakan.

Untuk mereka yang hidup berkecukupan hidup memang terasa lebih mudah karena apa-apa tinggal tunjuk ini itu, sedangkan bagi mereka yang kekurangan, hidup kadang tak lebih hanya sebagai tempat "penyiksaan". 

Tapi, bukan berarti mereka-mereka yang hidup dalam gelimangan harta dapat kita jadikan patokan untuk dapat "menyalahkan" Tuhan dan mempertanyakan keadilan-Nya.

Karena bisa saja mereka yang hidup dalam gelimangan harta pernah mengalami masa-masa yang lebih sulit dari apa yang kita alami saat ini, dan kita tidak tahu. Kita hanya tahu dan melihat keadaan mereka saat ini tapi tidak tahu sejarah dan perjuangannya hingga mencapai fase seperti saat ini.

Yakinkan dalam hati bahwa Tuhan itu memang adil.

Bukankah Dia tidak akan merubah nasib suatu kaum kalau tidak kaum itu sendiri yang merubahnya?

Itulah janji Tuhan.

Tuhan ingin melihat sejauh mana perjuangan kita dalam berusaha mencapai apa yang diinginkan, kalau memang sudah berusaha dan berjuang tapi belum dapat meraih apa yang diinginkan, percayalah Tuhan punya jalan lain untuk kita.

Intinya adalah, jalani saja hidup ini dengan sebagaimana mestinya tapi jangan biarkan mengalir seperti air karena  akan membuat kita terbawa derasnya arus.

Kita harus berani melawan arus untuk dapat bertahan dan tidak terbawa derasnya.

Berjuanglah melawan semua ketidakmungkinan, berjuanglah untuk mewujudkan apa yang kita impikan. Tapi, tidak dengan melupakan hubungan kita terhadap Tuhan.



Perjuangan tanpa do'a adalah suatu hal yang takabur, begitu pula do'a tanpa perjuangan adalah hil yang mustahal.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Surat Terbuka : Untuk Perempuan yang sedang dalam Pelukan

Saya tidak tahu apa maksud dan tujuan saya menulis surat ini, tapi yang jelas ada sebuah keinginan besar dalam hati yang sulit saya ucapkan secara lisan kepadamu, maka dari itu saya berusaha mengungkapkannya lewat sebuah tulisan.





Untuk Perempuan yang sedang dalam Pelukan.



Begitulah saya memberi judul tulisan ini,




Kenalkan saya adalah bayang dalam setiap jejak langkahmu, matahari dalam setiap pagi, dan bulan pada malam hari mu.

Berpengaruh besar dalam hidupmu tapi, selalu terabaikan.



Sementara kamu, kamu adalah sebuah nama yang selalu saya lantunkan dalam setiap do'a yang saya panjatkan.

Tak pernah terlihat, terasa, apalagi terdengar namun suci.



Maafkan saya karena selama ini saya hanya berani menikmati keindahanmu dari jauh,

Maafkan cara saya yang telah lancang menjadikan kamu sebagai penerang dalam gelapnya dunia saya,


Saya minta maaf untuk hal itu..


Saya tidak pernah benar-benar tahu dan mengerti bagaimana memperlakukan kamu seharusnya.

Yang saya bisa lakukan hanya seperti yang saya bilang tadi, memandangi dan menikmati keindahan kamu sekaligus mengucap syukur atas apa yang telah Tuhan ciptakan.


Saya rasa saya telah jatuh hati kepadamu, tapi itu tadi untuk memberanikan diri tampil di hadapanmu saja saya tidak berani apalagi harus mengatakan tentang perasaan saya kepadamu.


Kamu cantik, baik, serta menarik dan masih banyak hal-hal yang saya kagumi dari kamu tapi tidak mungkin saya sebutkan semua di sini.


Bagi saya ini adalah cara terbaik mencintai kamu, meskipun terdengar egois toh saya suka melakukannya.

Lagipula kalau saya tampil di hadapanmu saya tidak yakin kamu bisa terima kondisi saya.






Seorang sahabat pernah mengatakan kepada saya, kalau

Tidak ada cinta yang tidak diungkapkan kecuali oleh orang yang terlalu mencintai dirinya sendiri.

Bagaimana bisa kamu mencintai orang tanpa diketahui oleh orang tersebut, tahu saja tidak bagaimana dia akan membalasnya.

Lagipula kalau kamu tidak mengungkapkannya bagaimana kamu tahu apakah dia merasakan hal yang sama denganmu.

Begitu pungkasnya..




Beberapa saat saya memikirkan hal itu tapi tetap saja ketidakberanian saya mementahkan semuanya..

Biar saya saja yang menikmati indahnya perasaan ini terhadapmu.

Terdengar egois?

Tidak..

Saya hanya tidak ingin kamu terbebani akan perasaan saya..

Sekali lagi, mungkin inilah cara terbaik saya mencintai kamu..

Dalam gelapnya dunia saya, saya menikmati keindahan kamu.



Lihaaattt..



Hanya ada sedikit bintang malam ini



Hmmmm




Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya~





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS